Bagaimana Akses Cimino yang Ideal pada Pasien Hemodialisis?

KPCDI – Akses vaskular merupakan piranti hidup pada pasien gagal ginjal yang rutin menjalani hemodialisis (HD) atau cuci darah. Karena, itulah satu-satunya akses agar darah bisa bersirkulasi dan dibersihkan oleh mesin dialiser.

Ada banyak jenis akses vaskular, yang secara umum terbagi ke dalam dua jenis, yaitu akses temporer dan akses permanen. Yang pertama merupakan akses yang biasanya berupa kateter, yang dipasangkan pada pasien sebagai akses sementara sebelum adanya akses permanen.

Dokter Subspesialis Vaskular dan Endovaskular, dr. Ismon Kusasi SpB. SubBVE, menjelaskan, ada tiga jenis akses vaskuler, yaitu Native AV Fistula/ Cimino, AV Graft, dan Catheter. Di antara ketiga jenis itu, yang dianggap ideal yakni Cimino.

“Dari kita dokter bedah yang melayani bedah vaskuler, cimino adalah yang terbaik,” ungkap dokter Ismon dalam webinar bertajuk ‘Kolaborasi Akses Vaskular Dialisis: Persiapan – Waktu – Pemantauan & Pengawasan’ yang digelar Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) dan didukung oleh Boston Scientific, Minggu (25/7).

Cimino adalah akses yang dibuat dengan menyambungkan arteri dan vena, biasanya di sekitar pergelangan maupun siku tangan. Akses ini paling ideal karena memiliki sejumlah kelebihan, diantaranya yaitu bisa dipakai dalam waktu lama hingga 20 tahun, terletak di bawah kulit, tanpa alat, menghasilkan aliran darah adekuat untuk HD, serta memiliki risiko komplikasi yang rendah.

Namun, tidak selalu semua pasien bisa mendapatkan akses cimino ideal. Hal ini berkaitan dengan kondisi medis masing-masing pasien berbeda, sehingga memerlukan pertimbangan yang berbeda pula dalam pemasangan akses.

Dokter Ismon menjelaskan, ada sejumlah syarat klinis yang harus dipenuhi untuk mendapatkan akses cimino ideal. Di antaranya yaitu kondisi aliran di pembuluh darah pasien haruslah lancar, serta memiliki diameter yang cukup besar agar bisa mengalirkan darah dengan baik saat HD. Masalahnya, kadang-kadang ada pasien yang tak memiliki pembuluh cukup besar untuk menerima akses cimino.

Ia mengatakan, pasien bisa ikut berperan dalam meningkatkan kualitas pembuluh darahnya. Cara yang dianjurkan yaitu melakukan olahraga ringan beberapa waktu sebelum proses bedah vaskular berjalan. Hal ini dilakukan agar pembuluh darah pasien siap untuk menjadi akses cimino.

“Latihan, mengepal-ngepal tangan, menekan pembuluh darah sambil latihan, untuk mendapatkan pembuluh darah yang maksimal ukurannya,” kata dr. Ismon.

Selain itu, pemasangan cimino juga bisa gagal karena berbagai penyebab. Misalnya adanya riwayat diabetes pada pasien, atau faktor kegagalan dari sisi dokter bedahnya.

Adapun jika semua rintangan itu berhasil diatasi dan cimino sukses terpasang pada pasien HD, masih ada beberapa masalah yang mungkin timbul. misalnya, cimino yang sudah ada juga bisa rusak karena misalnya komplikasi, penyumbatan pembuluh darah akut yang membuat cimino rusak dan tak bisa lagi digunakan sebagai akses HD.

Karena itulah, penting sekali bagi pasien HD untuk selalu berkonsultasi dengan dokter pasca pembuatan cimino. Hal ini untuk mengantisipasi masalah-masalah akibat pembuatan cimino sedini mungkin, agar cimino tersebut bisa terjaga hingga matang, kemudian berfungsi dengan baik ketika HD.

Perlu diketahui, cimino yang baru dibuat tidak bisa langsung digunakan untuk HD. Ada rentang waktu 4 hingga 6 minggu untuk proses pematangan pembuluh darah pasca operasi, agar siap menjalani HD.

“Klinis matur (matang), yaitu diameter pembuluh darah idealnya harus 4-6 mm, dan dinding pembuluh darah kuat dan kencang. Selain itu juga harus diperhatikan tidak ada vena kolateral yang menonjol, serta aliran darahnya sudah kuat,” jelas dokter Ismon.

Ia melanjutkan, para dokter HD juga harus melakukan pemeriksaan sebelum melakukan HD pada pasien dengan akses cimino. Hal ini ini untuk memastikan tidak adanya gejala komplikasi pasca pembuatan cimino, misalnya yang ditandai dengan perubahan warna kulit, memar, ataupun pembengkakan.

Upaya-upaya seperti itu, tak lain adalah upaya awal dalam perawatan cimino agar awet, bisa digunakan oleh pasien dalam jangka waktu yang optimal. Perawatan lanjutan juga melibatkan peran aktif pasien dalam menjaga areal cimino-nya (pergelangan tangan atau siku). Salah-satunya dengan menghindari tekanan berlebih pada area tersebut.

“Kalau sudah mature, HD lancar, perlu ada deteksi dini untuk memastikan cimino awet. Pasien sendiri juga harus tahu bagaimana cimino-nya dari hari ke hari. Staf HD juga, setiap akan melakukan penusukan, siapkan waktu satu menit untuk melakukan pemeriksaan secara singkat kondisi cimino pasien,” kata dokter Ismon.

“Makin cepat kita mendeteksi kelainan semakin besar kemungkinan kita selamatkan cimino-nya (jika komplikasi). Makin telat deteksi, cimino bisa hilang (rusak),” imbuhnya. (Ads)

Leave a Reply