[SIARAN PERS] KPCDI Sambut Baik Normalisasi Jadwal Cuci Darah di RSUD Puri Husada, Desak Akuntabilitas dan Pengawasan Berkelanjutan

Jakarta, 18 Juni 2025 – Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) menyambut baik kembalinya jadwal hemodialisis (HD) dua kali seminggu di RSUD Puri Husada Tembilahan, Riau, sesuai dengan standar medis di Indonesia. Namun, KPCDI menegaskan bahwa normalisasi layanan ini merupakan kewajiban rumah sakit dan bukan sebuah prestasi, mengingat adanya kelalaian sistem yang membahayakan nyawa pasien selama hampir tiga bulan.
Ketua Umum KPCDI Tony Richard Samosir, menyatakan pengembalian layanan ini adalah kewajiban dan bukan prestasi. Kesehatan bukan hak yang boleh ditunda, dan nyawa bukan angka statistik yang bisa dikompromikan oleh anggaran dan miskomunikasi manajemen.
KPCDI menyampaikan terima kasih atas dorongan dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Kesehatan, BPJS Kesehatan, rekan-rekan media, dan pihak lainnya. Namun, Tony menekankan pentingnya pengawasan berkelanjutan karena kepercayaan publik terhadap sistem layanan kesehatan tidak boleh dibangun di atas penderitaan pasien.
“Kami akan terus mengawal karena hak atas hidup dan kesehatan tidak boleh dinegosiasikan,” kata Tony di Jakarta, Senin (16/6).
Sebelumnya, pasien ginjal di RSUD Puri Husada terpaksa menjalani HD hanya satu kali seminggu, sebuah kondisi yang sangat membahayakan nyawa karena minimnya ketersediaan Barang Habis Pakai (BHP). Sufriyadi (35), seorang pasien ginjal kronik menjelaskan saat ini layanan HD telah Kembali menjadi dua kali dalam satu minggu di mulai dari awal bulan Juni.
“Ini baru dimulai bulan ini setelah kita kirim petisi ke rumah sakit. Saya buat petisi tanda tangan seluruh pasien 20 orang karena (pasien lainnya) kebanyakan dari luar daerah. Kami menuntut dua kali seminggu,” ungkap Sufriyadi.
Menurutnya, petisi tersebut ditujukan langsung kepada Direktur RSUD Puri Husada dan membuahkan hasil sesuai harapan. Di mana selama empat bulan lamanya, pasien harus mendapatkan HD satu kali seminggu bahkan satu kali dalam sepuluh hari. Kondisi ini tentunya sangat membahayakan nyawa pasien ginjal kronik dengan dampak terparah kehilangan nyawa.
“Selama empat bulan kami seminggu satu kali dari Februari, bahkan 10 hari kami tidak cuci darah bulan kemarin,” tambah Sufriyadi, yang sempat drop dan dirawat dua hari di rumah sakit akibat tidak cuci darah selama 10 hari.
Sufriyadi mewakili 97 pasien di RSUD Puri Husada berharap pihak rumah sakit tidak lagi menunda jadwal HD atau mengalami kekurangan BHP.
“Kami kalau sudah sembuh (meninggal) berarti sudah tidak ada lagi di dunia ini. Pasien cuci darah untuk menyambung hidup bagaimana, kalau dikurangi kami bisa keracunan dan lainnya. Jangan sampai terulang lagi,” harapnya.
KPCDI akan terus memantau situasi di RSUD Puri Husada untuk memastikan hak-hak pasien terpenuhi dan insiden serupa tidak terulang di masa mendatang.