Cimino, Akses Terbaik Cuci Darah Bagi Pasien Ginjal Kronik

KPCDI – Bagi seorang pasien gagal ginjal kronik yang menggunakan terapi hemodialisis atau cuci darah, wajib hukumnya untuk membuat akses untuk melakukan proses cuci darah. Dimana akses tersebut digunakan untuk mengambil darah dalam tubuh pasien kemudian disalurkan ke mesin pencuci darah dan diakhiri dengan mengembalikan darah tersebut ke dalam tubuh pasien.
Setidaknya ada tiga macam pilihan akses pembuluh darah yang dapat digunakan untuk proses cuci darah. Yaitu Arteriovenous (AV) Fistula, Arteriovenous (AV) Graft, dan kateter pembuluh darah balik atau yang biasa disebut dengan kateter vena.
Ahli Bedah Vaskuler dr. Alexander Jayadi Utama menjelaskan sebelum melakukan operasi pembuatan akses cuci darah, dibutuhkan beberapa tahapan yang menentukan kualitas dari akses cuci darah pada pasien. Pertama membuat perencanaan, melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan USG baik di tangan maupun paha, vascular mapping, dan mengetahui riwayat pemakaian kateter sebelumnya jika ada.
“Kita juga tanya soal komorbidnya selain penyakit ginjal misal diabetes atau pasien pernah memakai obat-obatan pengencer darah,” kata dr. Alexander dalam webinar bertajuk Kualitas Akses Terhadap Adekuasi Hemodialisis yang diselenggarakan oleh Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) dan di dukung oleh Boston Scientific, Minggu (19/9).
Ia menjelaskan pemilihan tempat untuk membuat akses cuci darah harus tepat mengingat pembuatan ini harus maksimal dan bisa dipakai selama mungkin. Terpenting adalah akses ini tidak menimbulkan komplikasi yang membuat hidup pasien lebih menderita.
Menurut dr. Alexander dari tiga pilihan macam akses cuci darah, akses terbaik yang bisa dibuat adalah AV Fistula atau cimino dimana tempat terbaiknya adalah diutamakan di pergelangan tangan dan jika tidak memungkinkan baru dibuat di siku. Akses ini dipilih karena dinilai lebih efektif dan aman.
AV Fistula dibuat melalui operasi untuk membuat sambungan antara arteri ke vena. Lebih baik dalam pembuatan akses ini berada pada tangan yang jarang digunakan untuk beraktivitas. Selain itu, terdapat dua pilihan kateter yang sifatnya short-term dan long-term.
Kateter short-term sebaiknya digunakan untuk pasien ginjal akut yang penggunaannya pada waktu yang singkat. Misalnya pasien dalam kondisi kritis dan masih dalam perawatan di rumah sakit. Kateter jenis ini sangat tidak disarankan untuk di bawa pulang ke rumah.
Sementara kateter long-term bisa digunakan bagi pasien yang kondisinya lebih stabil. Adapun pemilihan kateter dikembalikan pada pengalaman dokter yang bertanggung jawab. Biasanya dokter memiliki pengalaman masing-masing dalam pemilihan ini.
“Kemudian kateter ini sebaiknya tidak dipasang di pembuluh darah yang sama dengan sisi dibuatnya cimino,” ujarnya.
Menurutnya, jika lokasi kateter sama dengan pembuatan cimino maka akan terjadi cedera pada lubang masuknya kateter dan secara jangka panjang akan menyebabkan tangan bengkak. Pun, ia menyarankan untuk tidak memasang kateter di femoral karena bagi pasien yang memiliki rencana melakukan transplantasi hal itu bisa mengganggu. Selain itu, pembuatan kateter pada pembuluh darah femoral juga dapat membatasi pergerakan dan meningkatkan risiko infeksi.
Untuk pemasangan kateter hemodialisis sendiri dibutuhkan USG untuk mengidentifikasi pembuluh darah besar terbesar dengan benar. Biasanya pembuluh darah yang digunakan adalah pada jugular kanan yang dapat ditemukan di sekitar leher. Setelahnya akan dibuat lubang kecil untuk menjangkau pembuluh darah.
Adapun keuntungan menggunakan akses AV Fistula adalah tingkat komplikasinya yang rendah, risiko penyumbatan minimal, sedikit memerlukan perbaikan, lebih tahan lama, biaya lebih murah, dan komplikasi infeksi lebih rendah.
Tempat terbaiknya adalah di pergelangan tangan sementara kerugiannya adalah akses flow darahnya lebih kecil. Dan jika di pergelangan tangan tidak bisa, maka bisa membuat akses AV Fistula di siku dengan keuntungan flownya lebih besar dan akses memasukan jarumnya lebih gampang. Sementara kerugiannya adalah komplikasi bisa lebih sering terjadi.
Sebelum melakukan pembuatan akses dokter akan mengukur pada dua pembuluh darah yaitu arteri dan vena. Minimal diameter pembuluh darah yang baik adalah selebar dua millimeter. Lalu setelah dibuat akses AV Fistula baru bisa digunakan setelah 6-12 minggu dari awal pembuatan.
Pada waktu tersebut dokter akan melakukan pemantauan apakah pembuatan akses tersebut sudah matang. Misalnya getaran pembuluh darahnya bagus dan akses darahnya sudah lancar. Sementara itu jika di tengah jalan terjadi penyempitan mata akan dilakukan perbaikan.
“Sebenernya monitornya bisa setiap satu minggu kita cek. Kalau getarannya hilang bisa kontrol,” pungkasnya. (ATR)