HD atau CAPD: Pilihan Mana yang Tepat Untuk Saya?

KPCDI – Ahli dari seluruh dunia bersepakat bahwa Continuous Ambulatory Peritonel Dialysis (CAPD) merupakan terapi pengganti fungsi ginjal yang lebih baik jika dibandingkan dengan terapi cuci darah atau hemodialisis. Dalam 3 tahun pertama, CAPD memiliki banyak keuntungan salah satunya mampu memberikan kualitas hidup pasien yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan kualitas hidup pasien hemodialisis.

Ahli Ginjal dan Hipertensi dr. Mirna Nurasri Praptini, Sp,PD-KGH., M.Epid., FINASIM menjelaskan CAPD adalah salah satu modalitas dialisis dengan menggunakan rongga abdomen sebagai reservoir cairan dialisat dan memanfaatkan membran peritoneum sebagai membran semi-permeable yang berungsi sebagai tempat yang dilewati oleh cairan tubuh dan solute termasuk toksin uremik yang akan dibuang.

“CAPD menggunakan rongga peritoneum yang bekerja sebagai filter untuk mengeluarkan sisa metabolisme dan cairan dari darah. Tujuannya untuk menyaring dan membuang cairan berlebih serta sisa metabolisme tubuh,” kata dr. Mirna dalam Seminar Awam Dialisis yang diselenggarakan oleh Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) di CEO Building, TB Simatupang, Jakarta Selatan, Minggu (28/5).

Adapun sistem dasar CAPD terbagi menjadi beberapa bagian yang terdiri dari kateter CAPD, transfer set, dan Y set or double bag system. Pertukaran cairan dialisat ini dilakukan sebanyak 2-4 kali dalam satu hari dengan rata-rata waktu pertukaran cairan membutuhkan waktu selama 30 menit.

Cairan dialisat akan dimasukan ke dalam rongga perut melalui kateter (tenckhoff catheter). Selain untuk memasukan cairan dialisis kateter juga untuk mengeluarkan effluent dialisat dan dipasang secara permanen. Adapun tempat dimana kateter keluar-masuk dari tubuh disebut exit site. Akses CAPD bisa digunakan setelah 3 minggu sejak pertama kali dilakukan pemasangan kateter.

Siapa Pasien yang Disarankan?

Pada dasarnya seluruh pasien ginjal kronik bisa melakukan terapi CAPD. Mereka yang berhak ialah dengan kategori mulai dari anak-anak, dewasa, dengan akses vaskuler yang sulit, memiliki kontra indikasi untuk pemberian antikoagulan, kardiovaskuler tidak stabil, hipertensi yang tidak terkontrol, penyakit kronis (HIV, kelainan pendarahan, hepatitis B), lokasi unit HD yang jauh, gaya hidup yang aktif.

Sementara persyaratannya ialah pasien mandiri atau ada yang membantu, tinggal di tempat yang bersih dan lingkungan sehat, dan bersedia menjalani perlatihan intensif dan mematuhi prosedur CAPD.

Adapun keuntungan yang pasien ginjal kronik dapatkan jika menggunakan terapi CAPD ialah sebagai berikut:

  • Bersifat dialisis kontinyu dimana prosesnya alamiah dengan melakukan pembersihan darah secara kontinyu tidak intermiten.
  • Dapat dilakukan secara mandiri sehingga tidak memerlukan bantuan orang lain.
  • Mudah dipelajari dan melakukannya sederhana cukup dengan hanya latihan 1-2 minggu saja.
  • Mengurangi restriksi diet dan cairan yang ketat.
  • Tidak memerlukan penusukan jarum.
  • Tidak menghalangi pasien bila ingin melakukan perjalanan atau aktifitas.
  • Beban kardiovaskuler minimal.
  • Portabel atau bisa dimana saja.
  • Mempertahankan fungsi ginjal sisa lebih baik.
  • Dapat mengontrol tekanan darah dan volume cairan lebih baik sehingga bermanfaat terhadap kardiovaskuler.
  • Kualitas hidup lebih baik.
  • Risiko anemia berkurang serta pemberian EPO dengan dosis yang lebih rendah.
  • Mengurangi risiko hepatitis C.
  • Angka harapan hidupnya pada awal dialisis lebih baik dibandingkan HD.
  • Lebih murah.

Sementara kekurangannya:

  • Risiko infeksi (peritonitis, infeksi exit site).
  • Kehilangan protein yang dapat melewati membrane peritoneum dan masuk ke dalam larutan peritoneum.
  • Kemungkinan dapat meningkatkan lemak dan trigliserida dalam darah.
  • Perlu penempatan kateter CAPD yang permanen.
  • Memerlukan jadwal dialisis harian (pergantian cairan sebanytak 4 kali yang setap kalinya memerlukan waktu 30 menit).
  • Kemungkinan dapat menaikan berat badan oleh karena adanya kandungan glukosa cairan dialisat.
  • Memerlukan tempat penyimpanan barang yang relative banyak terutama cairan dialisat.

Fokus Keberhasilan

Dokter Mirna menjelaskan meskipun banyak keuntungannya, keberhasilan CAPD sangat dipengaruhi oleh kemandirian pasien dalam melakukan prosedur dan perawatan. Tingkat keberhasilan CAPD saat ini dipengaruhi oleh menurunnya angka kejadian peritonitis, kegagalan dan berpindahnya metode Terapi Penggantian Ginjal, manfaat menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit serta peningkatan kualitas hidup pasien

“Seleksi pasien merupakan komponen yang penting pada program CAPD,” ujarnya.  “Karakteristik pasien CAPD yang ideal adalah memiliki motivasi kuat, kepatuhan baik, independensi, gaya hidup aktif, penglihatan baik, motorik halus cukup baik, dapat membaca, dan dukungan keluarga yang baik.”

Perlu diingat, meskipun CAPD memiliki banyak keuntungan namun tetap saja memiliki risiko komplikasi jika tidak dirawat dengan baik. Komplikasinya antara lain Infeksi pada exit site, peritonitis, dan noninfeksi. Seperti: Hernia, abdominal wall and perichateter leak, edema genital dan dinding perut, Komplikasi pernafasan antara lain hidrothoraks, gangguan mekanik pernapasan pada pasien yang mempunyai latar belakang penyakit paru paru, Gangguan asam basa dan elektrolit.

Nyeri pinggang, kenaikan berat badan, hiperlipidemia, hiperglikemia atau peningkatan kebutuhan obat hipoglikemik pada pasien diabetes, Komplikasi kardiovaskular, gastrointestinal, encapsulating peritoneal sclerosis, calcifying peritonitis, hemoperitoneum, chyloperitoneum, acquired cystic disease of the kidney, dan pruritus.

Oleh karenanya, perawatan yang bisa dilakukan adalah pasien harus mendapatkan edukasi untuk menghindari semua hal ini yang membahayakan exit site,  tidak telungkup atau miring menekan exit site terlalu lama, dan jangan membersihkan atau menggosok terlalu keras.

Terakhir, acara ini terselenggara dengan bekerjasama oleh para mitra KPCDI seperti Fresenius Kabi Indonesia, Baxter, Prodia, dan KlikQu.com. (Dwi)

Leave a Reply