Beragam Faktor yang Sebabkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Buruk
KPCDI – Ahli Ginjal dan Hipertenti, Dr. dr. Zulkhair Ali, Sp.PD-KGH., FINASIM menjelaskan berdasarkan data Indonesian Renal Registry sampai tahun 2020, sudah ada 200 ribu orang dan pasien aktif penyakit ginjal kronik di Indonesia. Hal ini disampaikan dalam webinar kesehatan yang digelar oleh Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) bersama Baxter (28/8).
Dalam paparannya, tingginya angka ini tidak dibarengi dengan kualitas hidup pasien yang baik. Padahal kualitas hidup merupakan konsep multi-difensi yang sangat luas meliputi persepsi individu dalam kehidupannya baik dalam konteks budaya maupun sistem nilai hidup dan hubungannya terhadap tujuann hidup, harapan, dan standar.
“Termasuk masalah kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial, dan lingkungan dimana mereka berada,” kata dr. Zulkhair.
Lebih lanjut, salah satu hal yang membuat kualitas hidup buruk ialah karena menjalani terapi hemodialisis atau cuci darah. Menurutnya, dengan dialisis yang dilakukan selama dua kali dalam satu minggu bisa menganggu aktivitas normal seorang pasien. Belum lagi, pasien harus mengkonsumsi obat-obatan yang sangat kompleks, pembatasan diet, dan menerima kenyataan bahwa ia adalah seorang pasien gagal ginjal.
Jika dibedah, faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien ialah kesehatan fisik, fungsi fisik, status pekerjaan, efek kelemahan terhadap kegiatan fisik, kesehatan secara umum, energi dan kelelahan, dan fungsi sosial. Sementara itu hal yang berkaitan dengan kesehatan mental ialah keadaan emosional, kualitas interaksi sosial, hambatan karena penyakit ginjal, dukungan sosial, dan efek kelemahan terhadap keadaan emosional.
“Masalah kesehatan dan penyakit penyerta: fungsi kognitif, gejala yang terjadi, efek samping penyakit ginjal, fungsi tidur,” ujarnya. Oleh sebab itu, kualitas hidup akan menjadi acuan pelayanan kesehatan terutama pada pasien-pasien kronis. Percuma saja pasien berobat atau diobati kalau kualitas hidupnya semakin menurun.
Adapun penyakit yang mempengaruhi kualitas hidup jika derajat penyakit ginjal tahap tiga sampai lima, penyakit yang mendasari penyakit ginjal yaitu diabetes melitus, hipertensi, dan batu. Komorbid dan penyakit penyerta seperti jantung, paru, rematik. Serta anemia yaitu komplikasi (anemia, malnutrisi, gangguan tulang).
Strategi Peningkatan Kualitas Hidup
Meskipun menjadi seorang pasien ginjal tidaklah mudah, yang perlu disadari ialah bahwa hidup masih akan terus berjalan dengan segala kondisinya. Oleh karenanya, para pasien wajib meningkatkan kualitas hidup agar bisa menjalani kehidupan laiknya orang normal.
Setidaknya ada tiga hal yang sangat berperan dalam kualitas hidup. Pertama ialah modalitas yakni terapi pengganti ginjal yang digunakan. Seperti pasien melakukan transplantasi, paritoneal dialisis (CAPD), atau hemodialisis. Bagi pasien yang menggunakan cara tranplantasi tentu kualitas hidupnya jauh lebih baik dibanding CAPD atau hemodialisis.
“Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Tapi kita berharap seluruh pasien ginjal HD yang lama pada satu saat bisa melakukan transplantasi ginjal. Tapi masalahnya kita sulit mencari donor dan kita harus makan obat seumur hidup,” ujarnya.
Sementara itu CAPD sebenarnya cukup ideal karena pasien bisa lebih mandiri, hidup lebih normal, tidak perlu datang ke rumah sakit dua kali seminggu, cukup dilakukan di rumah. Tapi kelemahannya kalau tidak hati-hati akan terjadi risiko infeksi dan wajib ganti cairan 3-5 kali satu hari.
“Sedangkan hemodialisis harus dilayani oleh tenaga medis, tapi ada risiko infeksi, trombosis, tiga kali seminggu ke RS dan ini tentu mengganggu,” jelasnya.
Di sisi lain, kriteria dialisis adekuat secara klinis ialah keadaan umum dan status nutrisi yang baik, tekanan darah normal, tidak ada anemia, keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa normal, metabolisme kalsium dan fosfat terkontrol serta tidak ada osteodistrofi, tidak ada komplikasi akibat uremia, pemulihan fungsi personal, keluarga, dan pekerjaan.
“Dialisis yang adekuat ialah (KT/V: 1,8 URR:80%). HD 3X 4 jam, CAPD 4x sehari ganti cairan, tekanan darah normal, hemoglobin cukup, gizi cukup, tidak kelebihan cairan,” jelasnya.
“Di seluruh dunia, kualitas hidup pasien dialisis itu tidak begitu bagus. Yang mencapai 60% itu sedikit baik yang sifatnya mental maupun psikis. Orang yang HD itu pasti terendah, CAPD seidkit lebih tinggi, dan transplantasi paling mendekati normal,” lanjutnya.
Rutin Olahraga
Untuk itu, dr. Zulkhair menjelaskan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien idealnya melakukan olahraga lima kali satu minggu dengan intensitas sedang selama 30 menit dengan jenis olahraga apa saja yang bisa dilakukan. Bisa jogging, berenang, naik sepeda, atau jalan kaki.
Kemudian pasien juga harus memperhatikan anemia dengan memeriksa status besinya. Untuk meningkatkannya ada beberapa makanan yang bisa dikonsumsi yaitu brokoli, daging, atau jika diperlukan konsumsi suplementasi besi dan terakhir bisa melakukan injeksi EPO.
Pada akhirnya, yang harus diketahui adalah menjaga fungsi ginjal sisa, selama urin dalam satu malam masih berkisar 500ml artinya sisa fungsi ginjal masih bagus. “Kita harus pertahankan sisa ginjal ini semaksimal mungkin dan dengan demikian kualitas hidup kita akan semakin membaik,” tutupnya.