Alasan Kenapa Kamu Harus Pilih Terapi Dialisis di Rumah

KPCDI – Pada prinsipnya, pasien ginjal kronik (PGK) membutuhkan berbagai dukungan moril dalam menjalani proses terapi pengganti ginjal yang sudah rusak. Sebabnya, pasien yang telah divonis mengalami PGK akan merasa dirinya tidak lagi berguna dan sulit untuk menerima kenyataan.
Oleh karenanya, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Ginjal dan Hipertensi, dr. Ni Made Hustrinis, Sp. PD-KGH menyebutkan salah satu cara untuk mengembalikan sisi psikologis tersebut ialah dengan melakukan terapi di rumah. Misalnya, bagi pasien dengan terapi hemodialisis (HD) bisa dilakukan di rumah atau home dialysis. Hal ini akan membuat pasien tidak lagi perlu datang ke rumah sakit.
Dengan melakukan terapi di rumah, hal itu akan membantu kesehatan mental pasien. Pasien tidak perlu mengantre terlalu lama dan merasa diteror oleh suasana rumah sakit. Menurut dr. Made, saat ini BPJS Kesehatan juga mulai melakukan distribusi pasien yang akan melakukan terapi HD di unit-unit cuci darah sesuai domisili pasien tersebut.
“Unit HD juga mulai ada yang kecil-kecil supaya pasien lebih dekat dengan rumahnya jadi gak perlu ke RS untuk HD,” kata dr. Made dalam bincang santai bersama Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) dan didukung oleh Fresenius Medical Care. (22/5)
Di sisi lain, bagi pasien yang ingin melakukan terapi pengganti ginjal di rumah maka bisa menggunakan terapi continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD). Nantinya, pasien akan mendapatkan training intensif selama tiga minggu untuk melakukan tahapan demi tahapan para proses pergantian cairan di perut. Harapannya, pasien akan lebih mandiri melakukan segala proses yang harus dilakukan.
Dengan CAPD, pasien juga tidak perlu menunggu waktu dialisis seperti pasien HD. Dimana pasien HD membutuhkan waktu jeda selama 2-3 hari per minggu. Kondisi ini akan menyebabkan kondisi pasien kurang baik. Sementara pasien CAPD bisa melakukan pergantian cairan selama 3-4 kali dalam satu hari dan membuat kondisi tubuh lebih baik.
Akan tetapi ada beberapa catatan yang harus diperhatikan. Pada saat melakukan terapi CAPD pastikan ruangan di rumah cukup bersih dan steril agar tidak ada kuman yang menempel. Pun, untuk mendapatkan terapi yang adekuat pastikan pertukaran dosis cairan dilakukan dengan tepat dan sesuai kebutuhan tubuh.
“Pada prinsipnya kalau pasien bisa melakukan (terapi) di rumah maka itu akan lebih baik. Dan ini berhubungan tidak hanya efektif dari terapi tapi juga kualitas hidup,” ujarnya.
Pun, dengan CAPD proses pergantian cairan juga terlihat lebih alami layaknya seseorang membuang air seni. Bahkan menurut beberapa penelitian, pada tiga tahun pertama, pasien CAPD lebih memiliki angka harapan hidup lebih baik jika dibandingkan dengan pasien HD. Lantas apakah kalian tertarik melakukan terapi di rumah? (ATR)