Mengenal Endovascular, Tindakan Perbaikan Akses Cimino pada Pasien Hemodialisis

KPCDI – Bagi pasien ginjal kronik, akses vaskular merupakan aliran kehidupan. Akses yang akan menentukan baik buruknya suatu tindakan hemodialisis dan menjadi penentu kualitas hidup yang dimiliki di masa depan. Atas dasar itu, penting bagi setiap pasien untuk menjaganya dengan baik agar terhindar dari risiko yang tidak diinginkan.

Ahli Bedah Vaskular, dr. Danny Pratama, SpB. SubBVE menjelaskan masalah akses vaskular yang hari ini seringkali ditemui merupakan penyebab tingginya morbiditas dan mortalitas. Hal ini jelas harus menjadi perhatian penting karena jika akses vaskular tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya bukan tidak mungkin kematian yang akan menjadi taruhan.

Di Indonesia ada dua jenis akses vaskular yang sering digunakan yaitu kateter double lumen atau Cimino (CDL/AV Shunt). AV Shunt merupakan akses yang hari ini sangat diandalkan karena dipercaya lebih cepat penggunaannya dan dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama untuk mendukung proses hemodialisis (HD).

Akan tetapi, meskipun bisa diandalkan, akses cimino tetap bisa mengalami kerusakan. Sebabnya, karena akses sering ditusuk sehingga menyebabkan proses trauma dan proses neointimal hyperplasia. Akses yang rusak akan ditandai dengan hilangnya desiran pembuluh darah atau terjadi pembengkakan.

Beberapa masalah yang sering dihadapi adalah access related steal syndrome (pencurian darah), AV Shunt tidak mature (vena tidak mau membesar) karena seringkali ditusuk untuk diambil darah, dan pembengkakan akibat sering ditusuk pada saat proses hemodialisis.

“Ini masih dapat diperbaiki dengan teknik endovascular dan teknik operasi,” kata dr. Danny dalam webinar bertajuk ‘Komplikasi dan Perbaikan Akses Vaskular dengan cara Endovaskular’ yang diselenggarakan oleh Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) bekerjasama dengan Boston Scientific. (8/5)

Menurut dr. Danny, pembedahan endovascular ialah tindakan perbaikan dengan metode tusukan kecil yang menggunakan selang panjang tipis atau kateter dengan bantuan pencitraan menggunakan Fluoroscopy dan Digital Substraction Angiography (DSA). Alat-alat ini masuk melalui pembuluh darah untuk tujuan memperbaiki sumbatan atau penyempitan yang terjadi pada pembuluh darah tersebut.

“Teknik ini baru dikembangkan 5-6 tahun terakhir untuk membenarkan akses vaskular atau cimino. Sebelumnya sudah ada tapi baru beberapa saja yang mengembangkan,” ujarnya.

Adapun cara kerjanya ialah dengan teknik emboliasasi di mana proses ini merupakan tindakan minimal invasive dengan menutup pembuluh darah yang tidak sehat atau tidak normal. Teknik ini juga digunakan untuk menutup cabang-cabang dari cimino dan mengurangi alirannya.

Dengan endovascular ada beberapa keuntungan yang bisa didapatkan oleh pasien. Karena proses ini tidak perlu membelek tangan dan hanya perlu memasukan tusukan kateter melalui arteri radialis atau masuk melalui tusukan lainnya di jalan yang sudah diperiksa melalui USG. “Dia minimal invasive karena tidak menggunakan operasi besar.”

Untuk menghindari kerusakan akses vaskular, dr. Danny mengajak seluruh pasien ginjal kronik untuk lebih peduli akan kesehatan aksesnya. Caranya dengan kontrol berkala setiap 3-5 bulan sekali kepada dokter bedah vaskular meskipun tidak ada keluhan pada saat cuci darah. Hal ini penting untuk meminimalisir kerusakan yang tidak diketahui. (ATR)

Leave a Reply