Kiat-Kiat Berpuasa bagi Pasien Ginjal Kronik

KPCDI – Bagi umat Muslim di seluruh dunia, bulan suci Ramadhan adalah waktu yang paling dinantikan. Di mana mereka akan menahan nafsu dunia—tidak hanya makan dan minum dengan berpuasa selama 30 hari lamanya dan diakhiri dengan hari kemenangan yaitu HarI Raya Idul Fitri.

Di Indonesia sendiri waktu berpuasa bagi umat Muslim ialah 14-16 jam tergantung lokasi daerah masing-masing. Dengan waktu berpuasa tersebut maka pertanyaan yang sering dilontarkan bagi pasien ginjal kronik (PGK) apakah mereka boleh menjalankan ibadah sambil melakukan terapi penyembuhan baik Hemodialisis maupun Peritoneal Dialisis (CAPD).

Ahli Penyakit Dalam, Ginjal dan Hipertensi Dr. dr. Ria Bandaria, SpPD-KGH menjelaskan bahwa sebenarnya PGK masih diperbolehkan berpuasa. Akan tetapi ia telah mengkategorikannya menjadi tiga golongan manajemen risiko di mana apakah pasien tersebut bisa menjalankan ibadahnya.

Pertama, risiko rendah di mana mereka yang menderita stadium 1-3 dengan fungsi ginjal di atas 60% dan kondisi ginjal stabil maka masih sangat boleh diperkenankan puasa. Sementara golongan risiko tinggi yakni stadium 1-3 dengan fungsi ginjal tidak stabil disarankan sebaiknya tidak berpuasa.

Lalu yang terakhir ialah resiko sangat tinggi. Kategori ini ialah mereka yang didiagnosis stadium 4-5 belum dialisis, pasien HD dan CAPD, pasien PGK hamil, pasien PGK stadium 1-5 dengan gagal jantung disarankan untuk tidak berpuasa.

Bagaimana dengan Pasien HD dan CAPD

Ketua Koordinator Wilayah Jawa Barat, Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) ini  menjelaskan meskipun masuk dalam kategori yang sebenarnya tidak boleh berpuasa akan tetapi tentu selalu ada jalan keluar yang bisa diambil. Pasien HD dan CAPD masih boleh berpuasa dengan mempertimbangkan beberapa faktor.

Yaitu, fungsi ginjal sisa masih ada urine (berarti fungsi ginjal-nya tidak nol), kadar kalium stabil dan tidak ada peningkatan, keseimbangan cairan dalam tubuh, motivasi dan kepatuhan minum obat.

Jadi pasien CAPD yang berniat berpuasa seharusnya dikonsultasikan dahulu ke dokter satu bulan sebelum puasa untuk dinilai,” kata dr. Ria dalam webinar yang diselenggarakan oleh Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) bersama Bexter (24/4).

Konsultasi tersebut penting dilakukan agar dokter bisa melihat kondisi klinis pasien baik atau tidak, apakah memiliki kelebihan cairan dan malnutrisi. Juga harus melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengecek kadar kalium dan albumin.

Di sisi lain juga perlu mendiskusikan perubahan jadwal pertukaran cairan, jadwal minum obat dengan dokter. Mereka yang mau berpuasa juga dianjurkan memperhatikan asupan cairan, makan makanan rendah kalium, hindari konstipasi atau buang air besar harus teratur, monitor tekanan darah dan berat badan.

Khusus pasien CAPD, ada kekhawatiran bahwa pasien mungkin kekurangan cairan jika mereka terus menggunakan rejimen PD normal 4x sementara pasien tidak minum dan makan selama kurang lebih 14 jam setiap hari juga dapat mengalami hipokalemia.  

Di sisi lain setelah berbuka cenderung dalam waktu singkat mengkonsumsi sejumlah besar cairan termasuk air, jus, minuman ringan, teh dan makanan yang kaya potasium dan fosfor (kurma, kacang-kacangan, gorengan, keju dan lainnya) yang dapat menyebabkan hiperkalemia dan kelebihan cairan.

Selama bulan Ramadhan, pasien memiliki beberapa waktu untuk melakukan pertukaran cairan karena terdapat beberapa kegiatan di malam hari seperti tarawih. Sehingga pasien harus memodifikasi jadwal pertukaran cairan untuk pasien CAPD agar mengurangi beban kerja dialisis di malam hari dan menghindari pengeluaran cairan yang berlebihan pada siang hari.

Maka jadwal pertukaran cairan selama puasa idealnya 3 kali. Pertama  setelah berbuka pada jam 19:00 cairan destrose 1,5%, jam 22:00 cairan dextrose 2,5%, jam 3 pagi sebelum sahur cairan dextrose 2,5% dna jam 08 kosongkan pada siang hari. Nah ini idealnya bagi pasien CAPD yg ingin berpuasa.

“Setelah dua minggu harus followup jika terjadi kenaikan BB lebih dari 2 kg, pusing lemah hipertensi, bengkak tungkal, muka, sesak nafas (kelebihan cairan), lesu, tidak ada nafsu makan (uremia) nah ini harus konsultasikan ke dokter. Karena artinya dengan berpuasa itu tidak bisa jadi lebih baik jangan berpuasa,” tukasnya. (ATR)

 

 

Leave a Reply