Jangan Abaikan Kadar Fosfat Yang Tinggi: Kenali Bahayanya!
KPCDI – Fosfor atau fosfat merupakan salah satu jenis mineral yang memiliki segudang fungsi baik bagi tubuh, termasuk untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Bersama dengan kalsium, fosfor juga diperlukan bagi tubuh untuk membangun tulang yang sehat dan kuat.
Sayangnya, bagi para pasien ginjal kronik, mengkonsumsi fosfor dalam jumlah yang tinggi bisa membahayakan tubuh, termasuk memicu menurunnya jumlah kalsium di dalam tubuh. Dengan adanya penurunan fungsi ginjal otomatis ginjal tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan baik.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Ginjal dan Hipertensi, dr. Ratih Tri Kusuma Dewi SpPD, KGH, FINASIM, FACP menjelaskan seharusnya ginjal berfungsi untuk membuang mineral dan salah satunya fosfat. Fosfat sendiri adalah bagian mineral yang ukurannya cukup besar.
Menurutnya, di dalam tubuh manusia, fosfat paling banyak terdapat pada tulang yaitu 85% dan 15% sisanya tersebar pada berbagai jaringan tubuh. Asupan dan metabolisme fosfat sebagian besar diperoleh dari produk olahan susu, daging, maupun sereal. Asupan tersebut 1-3 kali lebih besar dari kebutuhan asupan harian minimum.
“Salah satu fungsi ginjal untuk menjaga keseimbangan fosfat dalam tubuh. Kalau ginjalnya sakit itu pasti akan terjadi gangguan pembuangan akhirnya menjadi gangguan. Jika ginjal mengalami penurunan fungsi akibat penyakit ginjal, maka kemampuan ginjal dalam menyaring dan mengeluarkan fosfat berkurang,” kata dr. Ratih dalam webinar yang diselenggarakan oleh Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) bersama Fresenius Kabi, Minggu (24/10).
Lebih lanjut fosfat yang tinggi akan mempengaruhi penurunan aktivasi vitamin D, penurunan kadar serum kalsium, peningkatan sekresi, dan peningkatan pelepasan FGF23.
Lalu apa saja tanda dan gejala hiperfosfatemia? Menurut dr. Ratih, kadar fosfat yang meningkat biasanya tidak menunjukkan gejala khas atau silent killer. Tanda dan gejala yang muncul justru berasal dari penyebab yang memicu terjadinya penumpukan kadar fosfat atau jika sudah sangat parah dan tidak terkontrol.
“Jika hal itu terjadi, penumpukan fosfat dapat menunjukkan beberapa gejala seperti nyeri tulang dan sendi, otot kaku, kulit gatal dan kemerahan, dan kesemutan,” ujarnya.
Dan untuk memastikannya, maka pasien harus melakukan pengukuran kadar fosfat di laboratorium dan biasanya dilakukan bersamaan dengan pengukuran kadar kalsium dan hormon paratiroid yang dilakukan pada saat berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
Jika dibiarkan, dampak yang akan muncul dari menumpuknya fosfat di dalam tubuh adalah beban kerja dari ginjal yang sudah rusak akan semakin berat. Akhirnya akan terjadi gangguan jantung, pengeroposan tulang rapuh dan patah, nyeri sendi, dan yang terburuk adalah kematian.
Atas dasar itu, dr. Ratih menjelaskan ada tiga strategi penanganan hiperfosfatemia. Pertama, diet rendah fosfat tanpa harus mengurangi asupan nutrisi, kedua, dialisis 2-3 kali per minggu, dan ketiga, penggunaan obat-obatan yang mengikat fosfat harian supaya bisa dibuang diantaranya oleh feses sehingga komplikasinya minimal.
“Asupan fosfat untuk stadium 1-4 asupan fosfat yang disarankan adalah 60-800 mg per hari, HD 900 mg, CAPD juga 900 mg. Oleh karena itu asupan fosfat yang direkomenasikan untuk pasien PGK adalah 800-1000 mg/hari,” ujarnya.
Untuk diet rendah fosfat pasien harus mengontrol asupan fosfat harian, mengurangi asupan protein yang mengandung 11-15 mg fosfat per gram, dan mengurangi makanan dengan pengawet anorganik. Perlu diingat kontrol fosfat tidak boleh diperoleh hanya dengan mengurangi asupan protein karena akan meningkatkan risiko malnutrisi yang dapat menyebabkan kematian.
Pasien yang menjalani HD membutuhkan asupan protein yang optimal sebesar 1,2 g/kg protein per hari atau setara dengan 1000-1300 mg fosfat per hari. Dialisis hanya menghilangkan 500-600 mg per sesi HD dan pasien harus tetap mengkonsumsi obat pengikat fosfat untuk mengurangi penyerapan fosfat yang ada di dalam tubuh.
Direkomendasikan untuk menggunakan obat pengikat fosfat yang tidak mengandung kalsium dengan kemampuan menurunkan fosfat yang baik serta memiliki tolerabilitas yang baik. Pun, pasien dialisis direkomendasikan untuk melakukan pengecekan kadar fosfat dan kalsium rutin setiap bulan. (ATR)