Manajemen Nutrisi Pada Pasien CAPD

KPCDI – Dalam sebuah penelitian, kebanyakan pasien ginjal kronik dengan terapi continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) cenderung mengalami kondisi malnutrisi dibandingkan dengan pasien dengan terapi hemodialisis (HD). Tercatat sebanyak 33% pasien CAPD mengalami malnutrisi berbanding 18% bagi pasien HD.

Ahli Penyakit Ginjal Kronik dari RSPAD Gatot Subroto, dr. Jonny Sp.PD-KGH, M.Kes, M.M, menjelaskan kondisi itu terjadi karena pasien CAPD menyerap lebih banyak kalori dan glukosa dari cairan dialisat sebanyak 300-500 kkal/hari untuk dapat meningkatkan tekanan osmotik. Sehingga air akan berpindah dari darah ke cairan dialisat. 

“Dalam hal ini tampaknya kita akan kelebihan nutrisi dan kalori sehingga meningkatkan berat badan. Namun seringkali pasien CAPD memiliki kadar albumin rendah dan malnutrisi protein,” kata dr. Jonny dalam webinar yang diselenggarakan oleh Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) dan didukung oleh Fresenius Medical Care (Minggu, 5/9).

Adapun tanda-tanda terjadinya malnutrisi protein ditandai dengan menurunnya massa otot dan protein di dalam tubuh. Selain itu juga terjadi kondisi malnutrisi pada energi yang akan terlihat dari menurunnya berat badan, massa lemak, dan simpanan karbohidrat. Jika kedua hal ini terjadi maka pasien akan mengalami Protein & Energy Malnutrition (PEW).

Jonny menjelaskan sekitar 18-56% pasien CAPD mengalami PEW dan konsekuensinya adalah pasien akan mudah mengalami infeksi, meningkatkan penyakit kardiovaskular, menyebabkan depresi serta kerapuhan–seperti mudah jatuh dan lemah badan.

Jika dilihat penyebabnya, terjadinya malnutrisi pada pasien CAPD karena terjadinya penurunan nafsu makan sehingga terjadi retensi toksin uremik yang menyebabkan anoreksia, gangguan pencernaan akibat obat-obatan manifestasi oral seperti hilang rasa dan mulut kering, hygiene mulut yang kurang baik, dan gangguan fungsi penciuman. 

Lebih dari itu, malnutrisi pada pasien terjadi karena asupan protein dan energi yang tidak cukup atau tidak memenuhi kebutuhan sehari-hari, kehilangan protein atau albumin dari darah ke dalam cairan dialisat, menurunnya fungsi residual ginjal, infeksi, inflamasi kronis, meningkatkan metabolisme tubuh, munculnya komorbiditas misalnya hipertensi, dan asidosis metabolik.

Atas dasar itu, dr. Jonny merekomendasikan asupan energi harian yang dibutuhkan bagi pasien CAPD adalah untuk pasien yang berusia di bawah 60 tahun kebutuhannya adalah 33 kkal/kg/hari, sementara di atas 60 tahun adalah 30-35 kkal/kg/hari. 

“Jadi kalau berat badan 50 standarnya adalah 1.759 kilo kalori, kalau 60 maka memerlukan sekitar 2.100 kilo kalori per hari,” ujarnya. “Dan harus diperhatikan bahwa 20% dari kebutuhan energi harian itu didapatkan karena penyerapan glukosa dari cairan dialisat. Jadi berpindah dari cairan CAPD ke dalam darah.”

Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi di atas jelas dibutuhkan keseimbangan antara konsumsi karbohidrat dan lemak. Yang direkomendasikan untuk pasien CAPD adalah mengkonsumsi karbohidrat sebanyak 50% dan lemak 30% dalam satu hari. dr. Jonny juga meminta pasien untuk menghindari karbohidrat yang terlalu tinggi misalnya dari minuman manis, dan makanan yang berasal dari tepung.

Selain karbohidrat dan lemak juga dibutuhkan asupan energi dan protein. Sebagaimana diketahui pemakaian CAPD mengakibatkan hilangnya protein karena berpindah dari dalam darah ke cairan dialisat kurang lebih 5-15 gram per hari. Sehingga dibutuhkan protein yang lebih tinggi.

Misalnya jika pasien memiliki berat badan 60 kg maka membutuhkan protein sebesar 90 gram per kg berat badan per hari dan target albumin serumnya adalah 4 gram. Adapun sumber protein yang bisa didapatkan terbagi menjadi tiga kategori yaitu berasal dari tanaman, sayuran, dan hewani. 

Misalnya adalah oats yang memiliki kandungan protein 11 gram, tahu 13 gram, selai kacang 28 gram, almond 29 gram, kacang mete 18 gram dalam 100 cc. Untuk hewani, protein tertinggi adalah pada daging bebek sebesar 27 gram protein, daging sapi 19 gram, keju 26 gram, telur 14 gram. Juga protein tinggi ada di ikan tuna, ikan salmon, udang, dan ayam. 

“Kalau pasien dengan nafsu makan kurang bisa dibantu dengan oral nutrition supplements. Bisa diberikan 2-3 kali per hari dimana energinya adalah 7-10 kkal/kg/hari,” ujarnya.

Terakhir dr. Jonny meminta setiap pasien CAPD harus melakukan evaluasi status nutrisinya. Caranya ialah melakukan konsultasi dengan ahli nutrisi mengenai diet yang tepat, mencatat asupan diet harian secara regular, dan memantau berat badan. 

Bila berat badan turun maka konsultasi untuk meningkatkan kalori dalam diet, bila berat badan naik secara pelan bisa mengurangi kalori harian dan meningkatkan tingkat aktivitas. Bila berat badan naik dengan cepat pantau apa disertai pembengkakan, kesulitan bernapas, peningkatan tekanan darah dan segera konsultasi ke dokter. (ATR)

Leave a Reply