Roxadustat, Obat Oral Efektif untuk Pasien Ginjal Kronis
KPCDI – Kebanyakan pasien dengan disfungsi ginjal pasti akan mengalami anemia atau kekurangan sel darah merah yang membawa oksigen ke pelbagai jaringan tubuh. Masalahnya jika anemia ini tidak ditangani dengan baik maka akan berdampak buruk bagi kesehatan.
Peneliti dari Wayne State University School of Medicine Robert Provenzano dalam risetnya menyatakan bahwa baru-baru ini ditemukan obat oral Roxadustat yang diinduksi dengan Hipoksia memiliki keterlibatan dalam produksi enzim eritropoietin yang merangsang pembentukan sel darah merah laiknya obat Plasebo.
“Roxadustat terbukti efektif, dengan profil keamanan yang dapat diterima. Sebagai agen oral, roxadustat mengatasi kebutuhan signifikan yang belum terpenuhi dalam mengobati anemia pada pasien dengan penyakit ginjal kronis,” kata Robert sebagaimana dikutip dari ScienceDaily, Kamis (2/9).
Dalam uji coba ini, Robert dan rekan-rekannya menganalisis data yang dikumpulkan dari tiga studi fase Roxadustat pada pasien dengan penyakit ginjal kronis dan anemia. Secara total, 2.391 pasien menerima roxadustat dan 1.886 menerima Plasebo.
Pengobatan Roxadustat meningkatkan kadar hemoglobin–protein dalam sel darah merah yang bertanggung jawab untuk mengangkut oksigen. Pasien yang diobati dengan Roxadustat menunjukkan rata-rata perubahan hemoglobin pada minggu ke-28 sampai ke-52 mencapai angka 1,9 g/dL.
Selain itu, Keunggulan Roxadustat dibandingkan Plasebo juga ditunjukkan dalam perubahan kolesterol lipoprotein densitas rendah dari baseline, dan waktu untuk penggunaan pertama obat penyelamat. Sementara itu efek samping yang muncul akibat pengobatan sebanding antara Roxadustat sebesar 87,7% dan Plasebo sebesar 86,7%.
Artinya berdasarkan studi tersebut obat Roxadustat untuk pasien ginjal kronis khususnya stadium tiga sampai lima tanpa dialisis menunjukkan efikasi yang lebih baik dibandingkan Plasebo dalam tingkat respon perubahan HB.
Roxadustat juga mengurangi kebutuhan transfusi sel darah merah dalam 52 minggu pertama, dan tidak ada peningkatan risiko kematian, serangan jantung, atau stroke terkait dengan obat tersebut. (ATR)