Cara Mengontrol Kadar Hemoglobin pada Pasien Gagal Ginjal
KPCDI – Hemoglobin atau HB adalah protein penting di dalam sel darah merah. HB juga berperan untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh agar bisa bekerja sesuai fungsinya masing-masing. Hal inilah yang menjadikan HB sebagai bagian penting dalam sistem metabolisme.
Namun, pada penderita penyakit gagal ginjal, terjadi kekurangan kadar HB karena adanya gangguan zat-zat pembentuknya pada ginjal. Salah-satu zat penting dalam pembentukan HB ini yaitu eritropoietin (EPO), yang sebagian besar diproduksi di ginjal.
Akibat dari kondisi tersebut yaitu tubuh mengalami kekurangan sel darah merah serta oksigen. Di titik inilah terjadinya anemia. Inilah kondisi yang hampir pasti selalu dialami pasien gagal ginjal.
Ketua Indonesia Renal Registry, dr. Afiatin menjelaskan kadar HB dikatakan rendah apabila kurang dari 10. Ketika kurang dari itu, maka penanganan harus segera dilakukan agar tidak memberikan dampak kesehatan serius pada pasien. Adapun range HB yaitu 10-12.
Cara meningkatkan HB dan sekaligus berarti meningkatkan sel darah merah, yaitu melalui injeksi EPO. Namun, sebelum pemberian EPO, terlebih dahulu harus dipastikan bahwa pasien memiliki kadar besi yang cukup. Besi adalah bahan lain yang juga sangat krusial dalam pembentukan sel darah merah.
“Kalau kita mau memperbaiki anemia, kita cek dulu status besi. Kalau besi kurang, kita obati dulu defisiensi besinya, barulah terapi EPO (eritropoetin),” ungkap dr. Afiatin dalam sesi bincang-bincang ‘Kok HB Saya Susah Naik?’ yang digelar Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI).
Pemberian besi biasanya dilakukan melalui dua cara, yaitu infus dan obat. Pemberian besi dilakukan untuk mencapai kadar besi yang cukup, sehingga terapi pemberian EPO bisa efektif. Jika kadar besi tak tercukupi, kata dr. Afiatin, maka pemberian EPO tidak akan berdampak pada peningkatan HB.
Ia melanjutkan, peningkatan kadar HB sekaligus jumlah sel darah merah, memerlukan langkah-langkah menyeluruh. Tidak hanya dengan pemberian EPO, namun juga dengan penerapan diet asupan yang tepat pada pasien.
“Pembuatan sel darah merah nggak cuma lewat zat besi dan EPO, tapi ada juga lemak dan protein. Jadi secara gizi, kita ini kelengkapan nilai gizi harus cukup. Jadi walaupun EPO-nya bagus, tapi proteinnya kurang, lemaknya kurang, karbohidrat kurang, nggak jadi juga sel darah merah,” katanya.
“Nasi ada, sayur pasti, protein dua kali lipat dan harus ada lemak juga,” contohnya.
Ia melanjutkan, banyak faktor yang bisa menyebabkan kondisi anemia pada pasien gagal ginjal. Misalnya peradangan, pendarahan, hingga masalah gangguan tidur yang menyebabkan produksi HB tidak optimal. Selain itu, faktor depresi juga bisa mempengaruhi pola tidur dan berujung pada gangguan yang sama.
“Kalau kurang tidur, berarti badan kita diberi waktu lebih sedikit memperbaiki sel yang rusak. Ginjal itu komunikasi dengan semua organ. Kalau nggak bisa tidur, bilang ke perawat, nanti perawat akan lapor ke dokter, dokter bisa kasih obat tidur. Tapi ini gak boleh jangka waktu lama, karena obat tidur itu termasuk narkoba,” sarannya.
Dalam terapi peningkatan HB, dr. Afiatin mengingatkan pentingnya peningkatan secara bertahap. HB juga tidak baik jika naik terlalu cepat, biasanya angka kenaikan yang ideal yaitu HB naik 1-2 dalam sebulan. Jika sudah mencapai 12, maka dosis pemberian EPO mesti dikurangi, agar bisa berfungsi mempertahankan kadar HB, bukan menaikkannya.
“HB paling tinggi 12, udah. Kalau lebih, bisa struk bahkan serangan jantung. Yang penting di atas 10 saja, itu sudah cukup,” kata dr. Afiatin. (Ads)