Perluas Jaringan, KPCDI Cabang Makassar Resmi Terbentuk

KPCDI – Komunitas  Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) terus melebarkan sayapnya di seluruh penjuru Indonesia. Baru-baru ini, KPCDI mendirikan cabang di Makassar, Sulawesi Selatan, untuk membantu para pasien ginjal kronik mendapatkan edukasi, pelayanan dan keadilan dalam ikhtiar melawan penyakit ginjal yang diterima. 

Ketua KPCDI Makassar, Andi Elizabeth (47) menjelaskan cabang Makassar dibuka karena ia menilai KPCDI memiliki peranan yang luar biasa. Misalnya dengan memberikan manfaat dengan edukasi, advokasi, dan terus membela hak-hak para pasien cuci darah. 

“Karena pasien cuci darah di Makassar juga banyak kenapa tidak (dibuat cabang saja)?” kata Andi, Selasa (13/7). 

Sebelum adanya cabang ini, para pasien terlebih dahulu terkumpul di dalam sebuah grup Whatsapp dimana mereka menggunakan wadah itu untuk tempat sharing dan berbagi pengalaman seputar kesehatan ginjal. Karena dirasa sudah cukup memiliki banyak anggota maka disepakatilah untuk pembuatan cabang.

Pada pekan pertama ini, Andi mengaku dirinya sedang mengurus untuk pemilihan sumber daya manusia yang akan menempati departemen yang ada. Hal itu perlu dilakukan agar kegiatan organisasi KPCDI di Makassar bisa langsung berjalan. Apalagi kini banyak pasien yang membutuhkan bantuan advokasi di tengah situasi pandemi covid-19. 

Advokasi tersebut, menurut Andi sudah termasuk ke dalam program jangka pendek organisasi. Program selanjutnya adalah menjadwalkan audiensi dengan pihak BPJS Kesehatan dan Dinas Kesehatan Makassar perihal keberadaan KPCDI cabang Makassar. 

Perlu diketahui, Andi sendiri sudah enam tahun berjuang melawan penyakit ginjal kronik dengan terapi hemodialisis atau cuci darah. Di sela-sela upayanya melawan penyakit tersebut, Andi bekerja sebagai Sekretaris Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bulukumba dan sudah mengabdi empat dari 10 tahun di KPU.

Menurutnya dengan pekerjaan yang menuntutnya memiliki ketahanan fisik yang prima, selama ini penyakit ginjal tidak pernah merepotkannya. Ia ingin menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki penyakit mematikan pun bisa hidup berkualitas selama ia mau. 

“Alhamdulillah saya punya pekerjaan tidak terganggu,” ujarnya. Alhamdulillah sudah empat tahun saya bisa membawa KPU Bulukumba menjadi lebih baik.” (ATR) 

 

Leave a Reply