Mengenal Jenis Akses Vaskuler pada Pasien Gagal Ginjal

KPCDI – Proses cuci darah atau hemodialisis (HD) adalah jalan bagi pasien ginjal kronik bertahan hidup. Prosedurnya adalah dengan mengalirkan darah dalam tubuh pasien ke mesin dialiser menggunakan media selang.
Dengan proses seperti itu pasien membutuhkan sebuah saluran keluar-masuk darah pada bagian luar tubuhnya. Titik inilah yang disebut akses vaskular dalam dunia medis. Pemasangan akses vaskular pada tubuh pasien biasanya dilakukan lewat prosedur bedah kecil, sebelum pasien mulai menjalani cuci darah rutin.
Dokter bedah memasang akses vaskular di bagian tubuh tertentu, misalnya di bagian leher, tangan hingga paha pasien. Ahli bedah vaskular dan endovascular, Dokter Tom Christy Adriani mengatakan, akses vaskular berperan penting dalam menentukan tingkat keberhasilan prosedur hemodialisis yang dijalani pasien.
“Prinsip akses vaskular HD membantu lancarnya pelayanan akses HD yang dilakukan oleh dokter ginjal, hipertensi dan tim di unit HD,” ungkap dr. Tom dalam webinar bertajuk ‘Optimalisasi Akses Vaskular: Apa yang Harus Diketahui Setiap Pasien?’ yang digelar Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI).
Tom menjelaskan, akses vaskular sendiri terdiri atas beberapa jenis yaitu akses vaskuler temporer dan akses vaskular permanen. Akses vaskuler temporer adalah akses yang biasanya dipasang untuk memfasilitasi prosedur cuci darah dalam waktu terbatas, umumnya maksimal satu bulan. Jenis satu ini biasanya jadi yang pertama dipasang pada pasien karena bisa dilakukan dengan cepat dan bisa segera difungsikan.
“Akses temporer kekurangannya waktunya terbatas, tidak bisa dipakai lama-lama. Kalau dipakai lama-lama, mudah terjadi infeksi,” kata Tom.
Sementara itu, akses vaskuler permanen biasanya dipasang setelah pasien menjalani cuci darah dengan menggunakan akses temporer. Akses vaskular jenis permanen ini dibentuk di dalam kulit dengan perhitungan yang presisi, sehingga memberikan kenyamanan lebih baik bagi pasien pasien.
Kelebihan akses vaskuler permanen adalah bisa digunakan dalam waktu yang cukup lama. Akses vaskular permanen sendiri paling tidak terbagi ke dalam dua jenis, yaitu Arteriovenous (AV) Fistula, dan AV Graft. Masing-masing jenis tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, sehingga pemakaiannya pun disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
AV Fistula adalah akses yang dapat digunakan secara permanen–yang dianggap mendekati ideal sebagai akses hemodialisis (HD). Akses ini memanfaatkan pembuluh darah pasien sendiri sebagai alat, tanpa memerlukan adanya penanaman alat saluran eksternal. Karena itulah jenis ini bisa lebih nyaman diterapkan pada pasien.
“AV Fistula dapat digunakan dalam waktu yang lama, bahkan banyak pasien yang menggunakan sampai 10-15 tahun yang penting perawatannya bagus,” ujarnya.
Sayangnya, penerapan akses vaskuler AV Fistula ini tidak selalu berhasil pada setiap pasien. Salah-satunya yaitu karena tidak bisa dilakukan pada pembuluh darah yang kecil. Selain itu, AV Fistula tidak bisa digunakan langsung setelah pemasangan, melainkan harus menunggu waktu 1-2 bulan.
Sementara AV Graft, ialah akses vaskuler dengan pembuluh darah buatan yang ditanam ke dalam tubuh pasien. Berbeda dengan Cimino (AV Fistula) yang memerlukan waktu hingga dua bulan, akses AV Graft bisa langsung digunakan setelah pemasangan.
Namun, kekurangan alat ini yaitu lebih mudah menimbulkan komplikasi infeksi dibandingkan Cimino, kerena AV Graft menggunakan alat yang ditanam ke tubuh. Selain itu, pemasangan AV Graft juga relatif berbiaya mahal.
Komplikasi Akses Vaskular
Pembuatan akses vaskuler untuk kebutuhan hemodialisis dilakukan dengan pembedahan, modifikasi pembuluh darah atau penanaman alat ke dalam kulit pasien. Karena itu, prosedur ini memiliki potensi komplikasi infeksi pada pasien.
Komplikasi akses vaskuler bisa disebabkan berbagai faktor, misalnya pemasangan kateter vaskuler yang tidak tepat sasaran, atau alat saluran yang tercabut atau tergeser oleh pasien. Bisa pula karena jahitan saat pembedahan yang kurang rapat menyebabkan pendarahan.
Komplikasi yang paling sering ditemukan pada akses vaskuler yaitu infeksi. Infeksi ini dapat timbul di bagian luar maupun dalam akses vaskuler. Komplikasi lainya yaitu sumbatan saluran vaskuler karena bekuan darah, ataupun sumbatan vena.
“Kalau infeksinya absolut, mungkin harus diganti dengan kateter baru, atau long-term. Jika masih bisa ditangani tapi ternyata pasien menggigil juga, mungkin masih ada masalah, dokter akan mengecek apakah ada virus” paparnya.
Komplikasi akses vaskular yang tidak segera ditangani, menurut Tom, bisa menimbulkan masalah yang serius bagi pasien. Misalnya pasien menggigil dan demam. Atau, infeksi yang tidak tertangani bisa berujung pada operasi penggantian akses vaskular bagi pasien.
“Komplikasi akses vaskuler harus dideteksi secara dini agar bisa diterapi dan pasien bisa kembali HD dengan nyaman,” pungkasnya. (Ads)