Hemodialisis Adekuat pada Pasien Gagal Ginjal, Apa dan Bagaimana Indikatornya?

KPCDI – Proses cuci darah atau hemodialisis (HD) memiliki banyak indikator dan prosedur yang harus diperhatikan baik oleh dokter maupun pasien. Hal itu penting dilakukan agar proses cuci darah berjalan dengan baik dan memberikan hasil yang optimal bagi tubuh pasien. 

Konsultan Ginjal dan Hipertensi RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar, Prof. Haerani  Rasyid mengatakan, keberhasilan atau dalam istilah lainnya yaitu “kecukupan HD” pada setiap pasien bersifat relatif. Namun, secara garis besar, kecukupan HD tersebut dilihat berdasarkan sejumlah parameter medis.

Haerani menjelaskan istilah kecukupan relatif itu bisa disebut ketika gejala uremik terkontrol dan pasien merasa nyaman. Pun, parameter biokimia, uremia, dan nutrisinya baik, serta dosis dialisis tercapai berdasarkan klirens dari solut yang kecil.

Secara lebih rinci, kriteria klinis dari cuci darah yang baik dan dianggap berhasil yaitu bila menghasilkan keadaan umum berupa keadaan fisik dan status nutrisi yang baik, tekanan darah normal, tidak ada anemia, keseimbangan cairan normal, kalsium dan fosfat terkontrol, tidak ada komplikasi akibat uremia lainnya, serta kualitas hidup pasien pulih.

Untuk mendapatkan hasil cuci darah yang berkecukupan atau adekuat itu, ada banyak faktor yang harus dipenuhi. Dari segi pelaksanaan harus dilakukan secara berkesinambungan. Dalam hal ini diperlukan kepatuhan pasien dalam mentaati jadwal cuci darah yang sudah diresepkan oleh dokter, mematuhi pantangan dan rekomendasi makanan atau asupan, serta patuh dalam mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter.

Sementara bagi dokter, dalam menilai suatu proses cuci darah itu telah adekuat atau belum, yakni dengan memastikan kondisi pasien yang baik setelah proses HD. Juga dengan pemeriksaan laboratorium secara berkala satu kali sebulan atau satu kali dalam tiga bulan.

“Dari segi dokter secara sederhana saya bagi tiga, parameter fisiknya bagaimana, tekanan darah dan berat badan kering kering bagaimana, dan bagaimana pula parameter labor,” ungkap Prof. Haerani dalam webinar ‘Bagaimana Kriteria dan Target Adekuasi bagi Pasien Hemodialisis’ yang digelar Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI).

Menurut Haerani, dokter akan memeriksa tekanan darah dan berat badan kering pasien apakah sesuai target atau tidak. Target tekanan darah ideal bagi pasien penyandang HD yaitu 140/90 mmHg, angka ini sekaligus menjadi indikator berat badan kering pasien berada dalam kisaran ideal.

Adapun analisis lainnya yaitu dengan melihat beberapa aspek pada kondisi terkini pasien, misalnya dari sisi nafsu makan, memiliki gejala lemah, gatal mual dan sebagainya.

Pemeriksaan laboratorium untuk melihat indikator-indikator biokima dalam tubuh apakah mencapai target ideal atau tidak. Yang hendak dicapai dengan prosedur dialisis di antaranya yaitu sebagai berikut.

Pertama, status ureum stabil (targetnya berbeda-beda pada masing-masing pasien),  albumin >4g/Dl , angka kreatinin 12-15 mg/dL,  kolesterol 200-250 mg/dL,  kalium 5 – 5,5 meq/dL, fosfor <5,5 mg/dL,  kalsium 9-12 mg/dL, alkali fosfatase <100 units/L, bikarbonat 20-22,5 meg/dL,  hemoglobin 11-13 g/dL, PTH 2-4 kali normal, kalsium/fosfat <4,4 kali.

Selain parameter-parameter tersebut, analisis lainnya yang juga dilakukan untuk menilai kecukupan HD yaitu dengan perhitungan Kt/v. Ini adalah suatu cara mengukur dosis dari dialisis, mencakup kapasitas pembersihan dialyzer, lama proses pembersihan, dan volume cairan dalam tubuh pasien. Dalam pengukuran ini, dokter memiliki rumus perhitungannya sendiri sehingga menghasilkan angka target yang umumnya disepakati, yaitu Kt/V > 1.2.

Semua parameter-parameter diatas dipakai dalam proses analisis oleh dokter untuk mengetahui seberapa tinggi keberhasilan suatu prosedur HD. Targetnya tentu saja agar mencapai HD yang adekuat bagi pasien, sehingga HD berfungsi maksimal dalam menggantikan peran ginjal dalam menjaga metabolisme tubuh.

Karena itulah, dokter biasanya merancang resep dan dosis HD secara khas bagi setiap pasiennya. Dan karena itu pula, peran pasien dalam menaati rencana HD yang sudah dibuatkan menjadi sangat penting.

“Hemodialisis 2-3 kali seminggu dengan durasi 4-5 jam. Selain taat jadwal HD, tolong mematuhi pantangan-pantangan yang bisa mengganggu tercapainya HD yang adekuat,” tekan Prof. Haerani. (Ads)

Leave a Reply