Apakah Kebutuhan Nutrisi Pasien HD dan CAPD Berbeda?

KPCDI – Pasien gagal ginjal umumnya mengalami gangguan metabolisme dalam tubuhnya. Hal ini karena terganggunya sistem reproduksi dan metabolisme unsur-unsur penting dalam tubuh akibat hilangnya fungsi ginjal.
Di sisi lain, pasien gagal ginjal harus menjalani prosedur cuci darah untuk membuang zat-zat sisa atau racun dalam darah, yang mana ini seharusnya dilakukan oleh ginjal. Bersamaan dengan pembuangan limbah dalam darah, sejumlah zat penting seperti kalsium, fosfor hingga protein juga sedikit-banyaknya ikut terbuang.
Kombinasi keadaan di atas menyebabkan pasien gagal ginjal sering mengalami masalah dalam hal ketersediaan zat-zat penting bagi tubuh. Misalnya defisiensi zat besi yang berujung anemia, defisiensi kalsium, kadar fosfat tinggi hingga kekurangan gizi.
Masalah tersebut biasanya diatasi dengan intervensi obat-obatan dari dokter dan pengaturan pola asupan yang tegak.
Namun, perlu digaris bawahi bahwa pola diet pada masing-masing pasien tidak selalu sama. Terlebih, antara pasien yang menjalani terapi cuci darah lewat prosedur hemodialisa (HD) dengan continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD), akan memerlukan pola diet yang berbeda.
Konsultan ginjal dan hipertensi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dr. Barkah Djaka Purwanto mengatakan, mekanisme HD dan CAPD akan memberi pengaruh berbeda terhadap ketersedian zat-zat penting dalam tubuh.
Pasien dengan terapi hemodialisis misalnya, mengalami penurunan jumlah darah dalam setiap proses dialisis. Proses dialisis membuang zat besi yang merupakan salah-satu zat penting dalam pembentukan sel darah merah.
“Pada saat HD, terjadi kekurangan zat besi. Orang normal kehilangan zat besi 0.4 gr, tertahan di tabung dialyzer bisa sampai 1.0 gr, dan yang tercecer bisa 1.0 gram, hingga yang untuk periksa laboratorium bisa 0.3 gr. Jadi seluruhnya bisa kekurangan hingga 2.7 gr zat besi,” jelas dr. Barkah dalam sesi Webinar Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) bertajuk ‘Apa Perbedaan Nutrisi pada Pasien HD dan CAPD?’.
Namun di sisi lain, pasien HD relatif bisa mempertahankan nutrisi penting, yaitu protein yang tetap normal atau tidak jauh menurun karena proses cuci darah. Dengan begitu, maka pemenuhan protein dari asupan harian pasien pun tidak terlalu besar.
“Kemudian kalium menumpuk, ini jadi masalah. Belum lagi selera makan berkurang pada pasien dialisis. Semua itu bisa sebabkan anemia, kekurangan energi, ataupun kembung,” lanjut dr. Barkah.
Sementara pada pasien CAPD, yang mencolok dan umum terjadi yaitu kekurangan protein karena proses CAPD yang menyerap protein tinggi, dan jumlah cairan yang terlalu banyak. Selain itu, pasien dengan terapi ini seringkali juga mengalami kekurangan kalium, lalu peningkatan kadar gula darah karena cairan dialisis yang mengandung glukosa.
“Pada pasien CAPD, kehilangan proteinnya lebih besar, lebih banyak terbuang, sehingga asupan makanan protein lebih tinggi. Sementara kehilangan darah tidak banyak, lalu kalori sudah termasuk pada cairan CAPD,” terangnya.
Proses terapi yang berbeda-beda itulah yang membuat pola pengaturan nutrisi antara pasien HD dengan pasien CAPD berbeda pula. Pasien HD akhirnya harus mengontrol asupan fosfat dari makanan, dan meningkatkan kalsium. Sedangkan pasien CAPD perlu meningkatkan asupan protein, di samping mengontrol asupan sumber nutrisi lainnya.
Pasien HD umumnya memerlukan penekanan diet rendah kalium agar angka kalium dalam tubuh berada di target ideal, yaitu 3.5-5.5 mEq/L. Sementara bagi pasien CAPD, terutama memerlukan asupan protein lebih banyak agar mencapai target yaitu 1,2-1,3 gr/ kg BB ideal, atau sekira total 80 gr per hari.
Namun perlu dipahami, target asupan nutrisi dari makanan akan dianjurkan oleh dokter secara khas bagi masing-masing pasien. Karena itulah, pelaksanaan diet bagi pasien gagal ginjal semestinya dilakukan dengan berkonsultasi dan tetap berada dalam pengawasan dokter.
“Diperlukan penanganan nutrisi yang lebih baik pada pasien penyakit ginjal kronis, supaya ureumnya tidak terlalu tinggi. Kemudian kerusakan ginjalnya lebih lambat, status nutrisi optimal, kondisi anemia, hipertensi, kolesterol dan penyakit tulang atau jantung pun terkendali,” ucap dr. Barkah. (Ads)