Waspadai Nyeri Sendi dan Gatal Berlebihan pada Pasien Gagal Ginjal
KPCDI – Penyakit ginjal adalah jenis penyakit serius yang dapat mengganggu keseimbangan fungsi metabolisme dalam tubuh secara sistemik. Salah-satu gangguan yang bisa muncul akibat kondisi gagal ginjal ialah gangguan tulang akibat terganggunya keseimbangan mineral dalam tubuh.
Kondisi gangguan mineral pada pasien gagal ginjal dalam dunia medis dikenal dengan GMT-PGK (Gangguan Metabolisme Mineral dan Tulang pada Penyakit Ginjal Kronik). Gangguan mineral tulang terjadi karena adanya keadaan hiperparatiroid atau keadaan hormon paratiroid tinggi. Hormon paratiroid tinggi dipicu gangguan keseimbangan kadar fosfat, kalsium dan Vitamin D dalam tubuh.
Lantas, bagaimana posisi ginjal dalam hal ini? Konsultan Ginjal dan Hipertensi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dr. Metalia Puspitasari, menjelaskan, ginjal yang sehat berfungsi untuk menyaring dan mengatur kadar fosfor dalam tubuh. Kelebihan fosfor akan dikeluarkan oleh ginjal melalui urin atau proses buang air besar.
Ketika fungsi ginjal rusak, asupan fosfat dari makanan akan terus menumpuk dan bertambah tinggi kadarnya dalam tubuh, sebab ginjal tak bisa lagi membuang kelebihan itu.
“Kalau terjadi gangguan ginjal, terjadi peningkatan kadar fosfat. Fosfat tinggi karena ginjal tidak bisa membuang fosfat,” ungkap dr. Metalia dalam webinar bertajuk ‘Pencegahan dan Pengobatan Gangguan Tulang dan Mineral pada Pasien Dialisis’ yang digelar Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) dan di dukung oleh Baxter.
Kondisi fosfat yang semakin banyak dalam tubuh, kemudian akan mempengaruhi kadar zat lainnya, yakni membuat zat FGF-23 naik, sementara kadar Vitamin D dan kalsium menurun. Kondisi itu membuat kadar hormon paratiroid tinggi, karena bekerja lebih keras mengangkut cadangan kalsium dari tulang ke darah.
Ketika kalsium dari tulang berpindah ke dalam pembuluh darah, pada titik inilah terjadi gangguan pada tulang. Akibatnya terjadi perubahan pada struktur tulang, dimana tulang menjadi lebih rapuh dan lebih mudah patah karena hilangnya banyak cadangan kalsium.
Gangguan mineral tulang pada pasien gagal ginjal biasanya ditandai dengan berbagai gejala, seperti munculnya nyeri pada sendi, rasa gatal berlebihan pada kulit, serta gejala internal berupa penumpukan kalsium dalam pembuluh darah.
Kondisi tersebut perlu untuk segera ditangani. Sebab, tidak saja mengancam tulang, kondisi hiperparatiroid juga berimbas bagi jantung. Seperti disebutkan sebelumnya, hiperparatiroid akan menyebabkan penumpukan kalsium di otot jantung, yang bisa berujung penyempitan gagal jantung.
Menurut dr. Metalia, diagnosis gangguan tulang pada pasien gagal ginjal paling baik dilakukan melalui tindakan biopsi, yaitu pencitraan gambar dengan menggunakan skala pembesaran mikroskop. Dengan begitu, dapat terlihat citraan tulang secara seksama.
“Ada istilah gangguan tulang, kaitannya adanya perubahan dari struktur tulang pada pasien ginjal kronik, di mana diketahui pemeriksaan paling baik melalui biopsi,” ujarnya.
Adapun penanganan gangguan tulang dikarenakan kondisi hiperparatiroid pada pasien gagal ginjal bisa melalui evaluasi dan tindakan medis, ditambah penerapan diet rendah fosfat.
“Intinya kita harus melalui evaluasi dari kadar hormon paratiroid dalam tubuh. Selain juga evaluasi nilai fosfat berapa, kalsiumnya berapa,” katanya.
Dari situlah kemudian bisa dilihat kadar kekurangan dan kelebihan mineral pada pasien gagal ginjal. Analisa ini berguna bagi dokter untuk menyarankan diet yang tepat serta menentukan intervensi obat yang tepat pula.
Dalam hal diet fosfat, pasien bisa mengontrol asupan makanan dengan kadar fosfat tinggi, seperti daging, susu, kacang-kacangan, kedelai hingga tempe. Namun, dr. Metalia menekankan pentingnya bagi pasien untuk tetap memenuhi kebutuhan protein dalam asupan hariannya agar diet tidak malah memicu malnutrisi.
“Rekomendasi konsumsi harian fosfat sekitar 800 – 1000 mg, sedangkan protein sekitar 55-85 gr,” ucapnya.
Bahkan menurut dr. Metalia, lebih penting bagi pasien dialisis untuk memenuhi asupan protein daripada mengontrol kadar fosfat lewat asupan makanan. Karena, pengendalian fosfat tetap bisa dilakukan dengan pemberian obat pengikat fosfat, yang berfungsi untuk mengurangi fosfat berlebih di dalam tubuh. (Ads)