Tulang Menjadi Rapuh, Berikut Cara Pengendalian Fosfat pada Pasien Gagal Ginjal
KPCDI – Fosfat adalah salah-satu mineral penting dalam tubuh. Zat ini berfungsi dalam pembentukan komposisi tulang dan gigi, pembentuk membran sel, komponen DNA serta berperan dalam pembentukan energi dalam sel.
Manusia setiap harinya menyerap fosfat dari berbagai makanan ataupun minuman yang ia konsumsi. Seperti susu, daging, sereal dan lain sebagainya. Serapan fosfat itu akan diolah di dalam tubuh untuk kemudian diserap tulang dan darah.
Tubuh perlu menjaga fosfat tetap dalam ambang kadar yang ideal. Manusia umumnya menyerap sekitar 1200 mg setiap hari dari makanannya. Dari jumlah itu, hanya sekitar 60-80% yang diserap tubuh. Sisanya dibuang kembali lewat urin dan kotoran, agar ia tak menumpuk dan memicu gangguan pada sistem kerja tubuh.
Konsultan ginjal dan hipertensi, dokter spesialis penyakit dalam RSUP Fatmawati Jakarta, dr. Elizabeth Yasmin mengatakan, pengendalian fosfat sangat dipengaruhi oleh kinerja ginjal. Karena ginjal bertugas mengatur serapan dan kadar buangan fosfat.
Jika ginjal rusak, katanya, kadar fosfat pun segera menjadi masalah bagi tubuh. Inilah yang terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal kronis.
“Yang jadi masalah adalah ketika ginjal kita kemampuannya untuk membuang fosfat berkurang. Apalagi bagi mereka yang jumlah urinnya sudah jauh berkurang. Ginjal tidak bisa lagi membuang fosfat dari urin,” ungkap dr. Yasmin dalam sesi webinar bertajuk ‘Gangguan Fosfat: Penyebab, Gejala dan Pengobatan’ yang digelar Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) dan di dukung oleh Fresenius Medical Care, Minggu (13/6).
Ia menjelaskan, ketika serapan fosfat dari makanan terlalu banyak, hormon paratiroid dan hormon FGF-23 dalam tubuh akan berusaha mengeluarkan kelebihan tersebut. Namun fosfat tak bisa dikeluarkan dengan semestinya karena fungsi ginjal terganggu. Akibatnya terjadi peningkatan dua zat tersebut di dalam tubuh.
Akibat lanjutannya, hormon paratiroid dan FGF-23 yang terlalu tinggi dalam tubuh akan mendistorsi kadar kalsium dan vitamin D yang dibutuhkan tulang. Jika itu terjadi, maka tulang kehilangan sumber sel penting, dan akhirnya menjadi keropos.
“Karena kalsium kita keambil oleh dua zat tersebut, agar mempertahankan kalsium dalam darah,” kata dr. Yasmin.
Kondisi kelebihan fosfat pada penderita penyakit ginjal kronik, jika tidak diatasi, akan berdampak serius terhadap kekuatan tulang, bahkan meningkatkan risiko penyakit jantung serta stroke karena pembuluh darah yang terganggu. Gangguan pembuluh darah bisa terjadi karena aktivitas hormon paratiroid dan FGF-23 mengangkut kalsium dari tulang. Kalsium itu akan mengendap dan memicu penyempitan pembuluh darah.
Pengendalian fosfat bagi penderita penyakit ginjal kronis bisa dilakukan dengan mengurangi asupan makanan tinggi fosfat. Sejumlah makanan yang memiliki kadar fosfat tinggi diantaranya kuning telur, tempe, kacang kedelai, hingga keju. Adapun makanan dengan kadar fosfat sedang hingga rendah di antaranya ikan, tahu, jagung, talas, kentang serta ubi jalar.Yasmin menjelaskan, pada pasien dialisis, harus berkonsultasi dengan dokter agar mendapatkan formula pengendalian fosfat secara tepat.
“Utamanya adalah perlu berkonsultasi dengan dokter gizi tentang jumlah makanan, jadi tidak jenisnya saja. Karena makanan dengan jenis fosfat rendah, jika dikonsumsi secara berlebihan, juga bisa meningkatkan fosfat,” katanya.
Masalah lanjutan pada pasien penyakit ginjal kronik adalah kadar fosfat akan selalu berkurang setiap kali menjalani prosedur cuci darah. Maka itu, pengendalian fosfat berlebih juga berbarengan dengan upaya mempertahankan kadar fosfat agar mencapai angka ideal atau tidak kekurangan.
Karena itu, pengendalian lewat obat pengikat fosfat pun perlu dilakukan untuk menyeimbangkan kadar fosfat akibat prosedur cuci darah.
“Pengendalian fosfat akan membantu menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler dan menghindarkan timbulnya gangguan tulang. Obat pengikat fosfat perlu dikonsumsi dengan cara yang tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing,” jelasnya. (Ads)