Peran Multifaset Zat Besi Bagi Kesehatan dan Penyakit Ginjal
KPCDI – Zat besi adalah mineral penting yang diperlukan tubuh dalam proses produksi sel darah merah. Tanpa zat besi yang cukup, maka akan terjadi anemia. Hal itu adalah kondisi di mana sel darah merah dalam tubuh tidak tersedia secara cukup.
Kondisi tubuh kekurangan sel darah merah dideteksi lewat kadar hemoglobin (HB). Ini merupakan protein yang mengandung zat besi di dalam sel darah merah. Karenanya, pengukuran kadar sel darah merah umumnya dilakukan lewat pengukuran HB.
Adapun kadar HB normal pada wanita yaitu 12-15 g/dL dan pada pria 13-17 g/dL. Seseorang dengan kondisi anemia biasanya memiliki HB kurang dari 10 g/dL.
Orang dengan penyakit ginjal kronis merupakan populasi paling rentan mengalami anemia. Pasalnya, ginjal yang rusak tidak lagi mampu memproduksi eritropoietin (EPO)–hormon penting dalam pembentukan sel darah merah. Bersama dengan zat besi, EPO berperan dalam produksi sel darah merah dalam tubuh. Ketika keduanya kurang, maka dapat memicu berbagai masalah fungsi organ, utamanya jantung.
Ahli nefrologi dari RSUP Kariadi Semarang, dokter Lestariningsih, menyebutkan bahwa kondisi kekurangan sel darah merah atau kondisi HB yang rendah akan menyebabkan gangguan pada organ jantung. Hal ini karena suplai oksigen dari darah berkurang, sehingga kinerja jantung yang merupakan pusat peredaran darah dan oksigen bagi tubuh menjadi terganggu.
“Jadi kalau HB rendah, tentunya oksigen yang disediakan untuk otot jantung untuk melakukan pekerjaan itu berkurang. Sehingga dalam beberapa penelitian, apabila ada anemia, maka 15 kali lebih banyak terjadinya komplikasi pada pasien penyakit ginjal kronis,” ungkap dr. Lestari dalam webinar yang diselenggarakan Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) dan didukung oleh Combiphar.
Karena anemia menjadi salah satu indikator yang menghantui, atas dasar itulah pasien gagal ginjal menjalani terapi dan injeksi EPO buatan untuk menutupi kebutuhan tubuh akan sel darah merah.
Namun, dalam sebagian besar kasus, terapi EPO saja ternyata tidak cukup untuk mengembalikan HB ke kadar normal. Musababnya kurangnya kadar zat besi yang merupakan bahan pokok pembentukan sel darah merah.
“Sehingga, pemenuhan zat besi pun menjadi langkah pertama sebelum terapi EPO dilakukan. Di sinilah kaitannya antara penyakit gagal ginjal dengan kadar EPO dan zat besi,” jelasnya.
Lebih lanjut kekurangan zat besi adalah masalah yang paling sering ditemukan pada pasien gagal ginjal yang mengalami anemia.
“Pembentukan sel eritropoietin itu dibuat di sumsum tulang. Pada saat membuat sel darah merah yang masih muda itu, sangat membutuhkan zat besi sebagai bahan pokok. Kekurangan zat besi, maka eritropoietin yang terbentuk sedikit, maka terjadilah anemia,” ungkap dia.
Adapun gejala klinis anemia yang bersumber dari defisiensi besi yaitu mudah merasa capek, napas pendek, jantung berdebar, rambut rontok, kuku terlihat putih, hingga sering mengalami pilek.
Penanganan defisiensi zat besi bisa dilakukan lewat intervensi obat maupun injeksi menggunakan infus. Penanganan ini tentunya atas pertimbangan dan pengawasan dokter yang ahli di bidang tersebut.
Di samping itu, pemenuhan zat besi juga bisa dioptimalkan lewat pola konsumsi yang selektif. Sejumlah makanan yang mengandung zat besi bisa menjadi pilihan, seperti daging, ayam, ikan dan sejenis lainnya. Sementara jenis sayur-sayuran yang tinggi kalium atau makanan berserat lainnya perlu dibatasi. (Ads)