Cegah Kematian Tinggi, Pasien Penyakit Ginjal Kronik Harus Divaksinasi

KPCDI – Tiga organisasi ginjal global telah mengeluarkan pernyataan resminya yang meminta pemerintah di seluruh negara untuk memprioritaskan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani proses dialisis untuk mendapatkan vaksinasi Covid-19.

Desakan itu sebelumnya dikeluarkan oleh American Society of Nephrology (ASN), The European Renal Association-European Dialysis and Transplant Association (ERA-EDTA) dan International Society of Nephrology (ISN).

Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Ginjal Hipertensi, dr. Donnie Lumban Gaol, Sp.PD-KGH melihat vaksinasi Covid-19 bagi para pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) menjadi harapan baru agar risiko perburukan pasien bisa ditekan. Artinya risiko derajat keparahan dampak Covid-19 terhadap pasien tidak akan terlalu berat.

Dengan vaksinasi diharapkan bisa mengurangi angka mortalitas atau kematian bagi para pasien. Juga mengurangi angka penggunaan ventilator dan juga angka perawatan dirumah sakit. Meskipun sampai saat ini belum ada penelitian khusus penggunaan vaksin Covid-19 pada pasien PGK, akan tetapi beberapa organisasi ginjal internasional dan juga di Indonesia (PAPDI) sudah memberikan rekomendasi terkait vaksin Covid-19 pada pasien PGK.

Pasien PGK yang terkena Covid-19, menurut Donnie kondisinya akan memprihatinkan. Secara psikologis, pasien PGK sudah jelas akan terganggu. Donnie yang seringkali melakukan visitasi melihat berkurangnya nafsu makan pasien–yang berpengaruh pada menurunnya imunitas mereka.

“Padahal imunitas dia saja aslinya sudah menurun dibanding non PGK. Kondisi psikologisnya terganggu, dia pada saat (proses) hemodialisis, dia sendirian di malam hari dan terpisah,” kata Donnie kepada Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI), Selasa (6/4).

Bagi Donnie, pasien PGK merupakan populasi yang mudah terkena Covid-19 dan memiliki risiko perburukan yang tinggi. Hal itu disebabkan karena pasien PGK yang menjalani hemodialisis memiliki intensitas tinggi untuk keluar rumah mengingat mereka harus melakukan proses dialisis minimal delapan kali dalam sebulan.

Artinya mereka bisa saja terpapar Covid-19 pada saat diperjalanan, di rumah sakit, di tempat hemodialisis, dan juga di rumah mereka masing-masing. Dari studi oleh Pakhchanian dkk di CJSAN 2021, resiko mortalitas pasien PGK dengan Covid-19 mencapai 10%, angka penggunaan ventilator 7% dan angka perawatan di rumah sakit mencapai 40% dibandingkan pasien non PGK.

“Jadi artinya dari sisi terkena dia pasti lebih tinggi. Dari derajat keparahan sakitnya juga lebih tinggi dibanding non PGK,” ujarnya.

Sebelumnya, pada 15 Desember 2020 (pemberitaan sebelumnya Februari 2021), melalui kanal youtube Sekretariat Presiden, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito menjelaskan dari jenis penyakit, penyakit gagal ginjal paling tinggi menyebabkan kematian. Wiku menyebut resiko kematiannya mencapai 13,7 kali lipat. Penyakit ginjal paling berisiko di atas penyakit jantung, diabetes, hipertensi, dan penyakit imun.

Atas dasar itu, Donnie meminta seluruh pasien PGK untuk selalu mentaati protokol kesehatan yang berlaku. Misalnya meminimalkan risiko buka masker dengan tidak makan di dalam unit hemodialisis, meminimalisir kontak dengan sesama pasien hemodialisis pada saat menunggu dan mengantri obat, dan selalu berupaya menjaga jarak satu dengan yang lainnya.

Terpenting, pastikan keluarga di rumah juga sama-sama menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Musababnya, Donnie melihat kluster keluarga menjadi salah satu penyebab masyarakat terpapar ganasnya virus Sars-CoV-2. Jangan sampai pasien PGK sudah mentaati protokol kesehatan tetapi orang yang tinggal bersamanya justru abai.

Sejauh ini, menurut Donnie belum ada obat-obatan yang bisa mencegah seseorang terkena paparan Covid-19. Obat-obatan hanya bisa digunakan untuk meminimalisir dampak buruk dari Covid-19 terhadap pasien PGK. Tentu saja obat-obatan tersebut masih dalam jumlah terbatas mengingat adanya komorbid penyakit bawaan pasien.

Terpenting jika pasien PGK yang menjalani dialisis mendapati kenyataan terpapar Covid-19, Donnie meminta pasien harus mempercayakan dirinya kepada dokter dan perawat hemodialisis. Pasien harus percaya bahwa unit hemodialisis yang ada saat ini sudah memiliki layanan untuk para pasien Covid-19. Intinya komunikasikanlah segala hal yang terjadi kepada unit perawat hemodialisis  atau dokter dimasing-masing  jika mengidap gejala-gejala Covid-19.

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) sudah memberikan panduan pada unit-unit hemodialisis untuk tetap memberikan pelayanan dialisis pada pada pasien dengan Covid-19.

“Dan jangan malu atau takut bila Anda merasakan, terdampak, kontak erat dengan pasien covid. Nantinya Anda akan dilakukan isolasi  diberikan arahan dan tujuan utamanya Anda aman, keluarga aman, pasien lain aman,” pungkasnya. (ATR)

Leave a Reply