Perawatan Akses Cuci Darah, Apa Saja yang Harus Diperhatikan?

Di Indonesia, kebanyakan pasien gagal ginjal stadium akhir baru akan membuat AV Fistula atau yang dikenal awam cimino setelah menjalani cuci darah. Bila masih stadium 4, seorang dokter konsultan nefrologi sebenarnya dapat memprediksi kapan seorang akan membutuhkan tindakan hemodialisa. Sebelum hemodialisa tersebut dilakukan, idealnya tiga bulan sebelumnya dilakukan operasi AV Fistula untuk akses cuci darah.

Statemen ini dinyatakan oleh dr Patrianef, SpB(K)V mengawali presentasinya dalam webinar yang mengambil tema “Persiapan Pembuatan Akses Vaskular”. Seminar online digelar KPCDI dengan bekerjasama Boston Scientific. Dihadiri kurang lebih 290-an peserta, tidak hanya pasien cuci darah, tetapi juga diikuti perawat dan dokter yang berkecimpung dalam dunia layanan hemodialisa.

Penggunaan CDL (Catheter Double Lument) dalam awal-awal hemodialisa ada resiko yang harus ditanggung pasien. “Bisa menyebabkan stenosis (penyempitan vena sentral). Akibatnya, bila dibuat cimino bisa terjadi pembengkakan di lengan karena aliran darah masuk tidak lancar,” ujar dokter ahli bedah vaskuler yang berpraktek di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Salah seorang pasien hemodialisa yang mengalami pembengkakan tangan yang ada akses cimino / AV Fistula

Setelah dr. Patrianef SpB(K)V, pembicara kedua diberikan kepada dr.Ismon Kusasi SpB(K)V dari Rumah Sakit Umum Tangerang.

“Satu sampai dua minggu setelah operasi pembuayan AV Fistula, pasien harus segera kontrol untuk melihat apakah ada komplikasi atau penghambat. Komplikasi awal itu antara lain ; infeksi, nyeri, mati rasa pada tangan, kelemahan, edema, trombosis, immaturasi,” jelasnya mengawali presentasinya.

Lebih lanjut dokter yang murah senyum itu menjelaskan edema (pembengkakan) lengan dapat terjadi akibat proses pembedahan, dan akan hilang dalam dua minggu.

“Bila menetap harus kita curigai sebagai stenosis vena sentral, terutama kalau pernah memakai CDL. Dan harus dilakukan angioplasty,” ujarnya.

Lebih lanjut dokter Ismon menjelaskan bila tangan dan jari-jari nyeri dengan rasa dingin dan kebiruan memerlukan tindakan koreksi bedah untuk mengembalikannya. Sedangkan bila terjadi bekuan darah pada cimino harus segera dilakukan trombektomi (prosedur intervensi untuk mengeluarkan bekuan darah dari pembuluh darah).

“Cimino yang matur (matang)  dan siap di kanulasi (disuntik) adalah ukurannya cukup besar (Diameter vein 4-5 mm), menonjol dan lurus, getaran dan bisingnya kuat,” jelasnya lagi.

Pasien harus melakukan perawatan jangka panjang akses hemodialisa (HD). “Pantau dan awasi secara rutin. Bila ada masalah rujukan segera dan intervensi dini. Stenosis AV Fistula bisa dilakukan dengan balon (transluminal balloon fistuloplasty), koreksi operasi, balon dan pemakaian obat,” pungkasnya.

Memasuki sesi tanya jawab yang dipandu Tony Samosir, ternyata cukup banyak pertanyaan yang diajukan. Karena itu host memilih atau menyeleksi yang bertanya.

Seseorang peserta menanyakan apakah setelah selesai cuci darah disekitar cimino boleh diplester dengan kencang? Pertanyaan ini ditambah oleh host, apakah pemakain deker jangka panjag agar cimino tidak membesar juga diperbolehkan?

“Saya sering menyaksikan banyak perawat memplester atau mengikat dengan ketat lubang bekas tusukan jarum saat selesai HD, hal ini dikarenakan perawat harus menangani banyak pasien. Apakah ini dibenarkan?”

Dokter Patrianef dan Ismon sama-sama menjelaskan bahwa itu bisa merusak cimino. “Ada seorang pasien saya ciminonya mati karena terlalu keras ditekan pembuluh darahnya, untuk itu tidak disarankan,” tegas Patrianef.***

 

Ditulis oleh: Petrus Hariyanto (Sekjen KPCDI)

Leave a Reply