Mengapa Penting Bagi Pasien CAPD untuk Minum Obat yang Diresepkan?

Pengobatan bertujuan mengganti beberapa fungsi ginjal dan bekerja sinergis dengan terapi dialisis, makanan dan kontrol cairan.
PENGOBATAN APAKAH YANG PALING UMUM ?
Berikut adalah beberapa pengobatan yang mungkin diresepkan :
- Pengikat fosfat
Kelebihan fosfor di dalam darah berpengaruh buruk pada tulang dengan menjadikan tulang lebih rapuh dan mudah patah. Pengikat fosfor diminum untuk mencegah akumulasi fosfor di dalam tubuh. Obat ini harus diminum bersamaan dengan makanan agar bekerja efektif.
- Vitamin D
Kadar vitamin D menurun pada ginjal yang tidak berfungsi, selain itu vitamin D terbuang selama proses Dialisis Peritoneal. Fungsi vitamin D “pembuka pintu” pada tulang agar kalsium bisa masuk untuk memperkuat tulang.
- Zat besi
Umumnya pasien yang menjalani terapi CAPD akan mengalami kekurangan zat besi karena berbagai faktor : asupan makanan yang kurang memadai, kekurangan zat besi, dll. Situasi ini menyebabkan pasien mengalami anemia walaupun pasien menjalani dialisis yang memadai. Untuk hal ini zat besi bersama dengan erythropoietin harus diberikan sehingga tubuh mampu memproduksi sel darah merah dan gejala anemia bisa diatasi.
- Laksatif
Laksatif adalah obat untuk menghilangkan konstipasi. Konstipasi bisa menyebabkan :
-
- Pengeluaran cairan yang lebih sedikit.
-
- Infeksi pada peritoneum.
Konstipasi dapat dihindari dengan meningkatkan jumlah serat pada makanan Anda seperti padi-padian, buah-buahan dan bekatul. Anda hanya boleh minum laksatif yang diresepkan dokter Anda.
- Erythropoietin (EP0)
Penyebab utama anemia pada gagal ginjal kronik adalah kekurangan EP0, yaitu hormon yang menstimulasi pembentukan sel darah merah. Untuk mengatasi anemia, Bahkan berbagai unsur yang kurang tersebut (zat besi, asam folat, vitamin B), EP0 meningkatkan kada sel darah merah di dalam darah. Pemberian EP0 akan sia-sia jika hal di bawah ini tidak terpenuhi:
-
- Dialisis yang cukup.
- Pola makan yang baik.
- Kadar zat besi, asam folat dan vitamin B di dalam darah yang cukup.
- Tidak terjadi pendarahan.
- Tekanan darah yang terkontrol tidak dapat tercapai sehingga EP0 tidak bekerja efektif.
- Insulin
Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas pada orang normal, berfungsi untuk menurunkan kadar gula dalam darah. Pada pasien diabetes produksi insulin tidak mencukupi, sehingga harus ditambahkan dari luar melalui injeksi sub-cutan (di bawah kulit). Bila pasien diabetes menjalani terapi Dialisis Peritoneal, insulin dapat diberikan melalui injeksi SC (sub-cutan) atau dimasukkan langsung ke dalam kantung cairan dialisis sebelum cairan tersebut dimasukkan ke dalam rongga peritonel. Dokter Anda akan menentukan cara mana yang terbaik untuk Anda.
Insulin harus diberikan pada setiap pertukaran cairan.
- Heparin
Heparin adalah anti koagulan yang mencegah penumpukan fibrin di dalam peritoneum yang dapat menyumbat aliran cairan di sepanjang kateter. Tidak banyak pasien yang menerima pengobatan ini, Biasanya pengobatan ini lebih banyak diindikasikan pada saat terjadi peritonitis, dimana terjadi kehilangan protein yang besar, termasuk fibrin.
- Antibiotik
Antibiotik membantu untuk mencegah terjadinya infeksi. Bila Anda mengalami peritonitis atau infeksi di exit site, dokter Anda akan meresepkan antibiotik untuk menyembuhkan infeksi. Antibiotik dapat diberikan per oral dalam bentuk tablet atau diinjeksikan ke dalam kantung cairan dialisis (pemberian intra peritoneal).
- Antihipertensi (untuk mengontrol tekanan darah Anda)
Karena ginjal Anda tidak lagi dapat mengontrol keseimbangan cairan dan tekanan darah, Anda mungkin membutuhkan pengobatan antihipertensi untuk mengontrolnya..