Untuk Membangkitkan Semangat Pasien Cuci Darah, KPCDI Gelar Kopi Darat di Bandung
Ruangan pertemuan Kopdar (Kopi Darat) KPCDI Cabang Bandung di Hotel Ghotic masih sepi, baru panitia yang hadir. Tapi, bapak berbadan lumayan tinggi itu sudah datang. Aku langsung mengenali kalau ini pasti pasien cuci darah, terlihat dari tingkat kecerahan wajahnya.
“Silahkan masuk Pak,” kataku kepadanya setelah mengisi absensi.
“Perkenalkan nama saya Dodo. Saya dari Madiun,” ucapnya kepadaku.
Pengakuannya membuat aku kaget. Datang dari kota Madiun, dan sudah tiba semalam di Bandung. Niat betul pasien ini untuk menghadiri Kopdar KPCDI di Bandung. Katanya, motivasi datang dari jauh karena ingin menimba ilmu dari pasien di kota lain.
Aku jadi penasaran, setiap peserta lantas ku tanya berasal dari mana saja?
“Nama saya Maman. Saya datang dari Sumedang. Empat jam waktu tempuh menuju ke Bandung,” ujar Pak Maman.
Pak Maman tidak sendirian, datang dengan rombongan pasien lain. Katanya, ia mendapat info Kopdar dari pihak rumah sakitnya.
“Aku ingin menanyakan cemino ku yang sering kesakitan habis melakukan cuci darah,” ujarnya lagi.
Kopdar Bandung sengaja mengundang dr. Romzi Karim, Sp.B(K)V untuk berbicara bagaimana merawat akses cemino? Ceramah seputar cemino agaknya menjadi salah satu daya tarik peserta untuk hadir dalam acara ini.
“Dok, kenapa cimino ku sehabis cuci darah mengalami kesakitan,” ujar Indri Barbie.
Sang pasien yang juga dikenal sebagai pembalap motor perempuan ini bertanya sambil memperlihatkan akses cemino nya yang terlihat membesar. Bagi ku cemino-nya terlihat indah karena di sekelilingnya terdapat gambar tatoo yang ciamik.
Tapi bagi dokter Romzi Karim itu salah satu cemino yang bermasalah.
Sang dokter yang langsung jadi idola peserta perempuan karena ketampanannya itu langsung memperlihatkan bahan persentasi dan foto-foto operasi pengangkatan cemino yang sudah tak lagi berdesir. Bagi ku mengerikan, bukan hanya pembuluh darah, tapi daging di sekitar pembuluh darah juga ikut di sayat dan dibedah.
“Vaskuler menjadi line of life pasien cuci darah. Banyak pasien yang tidak rutin memeriksakan cemino-nya. Ketika berkunjung sudah parah, bahkan cemino-nya tak bisa diselamatkan.
“Kalau cemino desirannya berkurang, hari ini kencang, besok lemah, harus segera diperiksa. Apakah ada stenosis (penyempitan). Kalau baru mati cemino-nya, besar kemungkinan bisa diselamatkan,” ujar Konsulen Vaskuler yang masih muda ini.
Bandung Menggeliat
Yang istimewa dari acara Kopdar Bandung kali ini dihadiri puluhan Pengurus Pusat KPCDI. Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, dan hampir semua koordinator departemen datang.
“Kami ingin memberikan dukungan kepada KPCDI Jawa Barat, khususnya Bandung agar berani menyelenggarakan Kopdar. Setelah Kopdar kali ini, harapannya organisasi di Bandung dan Jawa Barat khususnya dapat bertumbuh besar,” ujar Ketua Umum ketika memberi sambutan.
Tony Samosir mengajak kepada pasien yang hadir agar aktif di komunitas.
“Dari pengalaman kami, aktif di komunitas akan membuat pasien lebih bersemangat dalam menjalani hidup. Provinsi Jabar ini paling banyak jumlah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan hemodialisa. Pasien gagal ginjal kronik-nya terbesar di Indonesia. Makanya, organisasinya harus maju agar banyak pasien memperoleh manfaat kehadiran KPCDI di sini,” ajaknya dengan semangat.
Pak Chiendi sebagai Ketua KPCDI Jawa Barat sangat gembira seusai acara Kopdar. Semakin yakin kalau KPCDI di Jabar akan bertumbuh besar.
“Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh jajaran Pengurus Pusat yang susah sudi datang ke Bandung dan meng-create Kopdar kali ini,” ujarnya di dalam rapat evaluasi setelah acara usai.
Dan kami, pulang dengan hati senang. Kami menyaksikan sendiri banyak pasien-pasien yang optimis bisa membawa KPCDI untuk tumbuh menjadi besar di Jabar.
Bagi kami, ini adalah upaya mengkonsolidasikan organisasi. Satu lagi kami mulai belajar apa itu namanya turba (turun ke bawah). Dan akan ada turba-turba lagi di kota lain. Nantikan ya.
Ciganjur dengan penantian pajang akan turunnya hujan
Penulis : Peter Hari (Sekjen KPCDI)