Saat Kami Melupakan Rasa Sakit

Tepat di hari Kamis (27/9/2018) yang lalu, seorang pasien Cuci Darah terkapar di (High Care Unit) HCU disalah satu Rumah Sakit (RS) di Bekasi, karena serangan jantung. Lolos dari maut, si pasien lantas mulai memegang smartphonenya untuk menyampaikan kondisi terkini dirinya.

Di hari Sabtunya (29/09/2018), dia mohon maaf kepada rekan-rekannya di Cabang Bekasi tidak bisa latihan vokal group. Dia pun meminta agar ada yang menggantikan dirinya saat lomba vokal group besok Minggu (30/9/2018) saat seminar awam berlangsung.

Pada Minggu pagi, saat acara seminar dan lomba vokal group belum dimulai, si pasien sudah hadir. “Kok berani-beraninya kamu datang ke sini? Kamu kemarin kan terkena serangan jantung kan?” tanyaku ke Risca.

Risca hanya senyum-senyum saja. Dia pun membenarkan kalau dirinya terkena serangan jantung. Ketika serangan itu datang ia sempat menempelkan isosorbide dinitrate (obat pelebaran pembuluh darah) di bawah lidahnya.

“Sampai di rumah sakit aku harus menguyah empat tablet aspilet, agar penyumbatan pembuluh darah di jantung ku terbuka,” ujarnya dengan serius.

Aku menduga kenekatannya datang ke acara ini karena ia tidak ingin terlarut dalam sedih ketika terbaring di tempat tidur dan melihat postingan teman-temannya yang ceria dan bergembira. Acara yang digelar KPCDI memang selalu dinanti pasien cuci darah.

Sebaliknya, ada yang gundah-gulana karena tidak bisa hadir. Adalah Bunda Elly Elfrinika. Walau sedang berada di Singapura, bisa ditebak lewat pesan di Group WhatsApp (WAG) Panitia, ia sedih tidak bisa menghadiri acara hari ini. Bunda sudah membayangkan keseruan di acara seminar dan lomba vokal group antar cabang ini.

Dua cerita di atas adalah contoh, kalau komunitas yang didirikan tiga tahun yang lalu, bila menggelar acara akan diminati banyak pasien Gagal Ginjal Kronik. Untuk acara kali ini saja, panitia banyak menolak pendaftaran untuk peserta baru. Bahkan pengumuman seminar hanya dilakukan sehari menjelang acara.

“Kami memprioritaskan peserta dari anggota yang tergabung dalam WAG KPCDI per cabang,” ujar bunyi pengumuman di Facebook.

Acara dimulai dengan seminar, dengan mengambil tema “Waspada Kerusakan Tulang Pada Pasien Gagal Ginjal”. Yang didaulat menjadi satu satunya pembicara medis adalah dr. Pringgodigdo Nugroho, Sp.PD-KGH.

dr. Pringodigdo Nugroho, Sp.PD-KGH

Katanya, kerusakan tulang pada pasien gagal ginjal dapat disebabkan oleh gangguan mineral dan tulang.

“Gangguan itu terjadi ketika ketidakseimbangan kalsium dan fosfor dalam darah. Ketidakseimbangan mineral ini dapat mempengaruhi tulang, jantung dan pembuluh darah,” ujarnya di hadapan 140 pasien gagal ginjal yang memenuhi ruang meeting di Hotel Kaisar Duren Tiga.

Sengaja panitia mengangkat tema ini dan bekerjasama dengan FMC (Fresenius Medical Care). Seperti kata Astry Try Astuti, Senior Manager Marketing , seminar ini ditujukan untuk mengedukasi masyarakat khususnya pasien gagal ginjal agar lebih menjaga kesehatan tulang.

Dalam sambutannya Astry mengatakan di Fresenius Medical Care Penanganan Dialisis dan Divisi Pelayanan, kini disebut Fresenius Kidney Care (FKC).

Astry Try Astuti – Senior Manager Marketing

FKC Indonesia, kata Astry, memiliki pengalaman 3 (tiga) dekade dalam Hemodialisa (HD) dan pengembangannya mempersembahkan unit HD dengan standar Internasional. “Unit HD memiliki suasana yang yang nyaman dan hangat bagi pasien, dan bertujuan memberikan pelayanan yang terbaik untuk meningkatkan kualitas hidup pasien”, katanya

 

PENGHARGAAN UNTUK SOBAT KAMI AMBRI

Panitia juga menyediakan kotak amal buat keluarga almarhum Ambri Lawu Trenggono. Beliau adalah salah satu anggota Pengurus Pusat. Selain itu, panitia memutar video tentang kisah hidupnya sebagai motivator pasien gagal ginjal, khususnya pasien dengan terapi CAPD.

Dalam video itu digambarkan Ambri masih mampu naik gunung dan mengajak anak dan istrinya untuk mencintai dan menyatu bersama alam dengan berkemah.

Almarhum pernah mengatakan hidup terlalu berharga jika hanya digunakan untuk menyesali masa lalu dan mencemaskan masa depan.

Alm. Ambri (kanan) bersama istri dan anaknya

Segenap peserta mendoakan arwah beliau. Doa peserta juga untuk korban gempa dan Tsunami di Palu dan Donggala. Terkhusus pasien gagal ginjal, bagaimana nasib mereka karena mesin Hemodialisa akan mengalami kerusakan, dan berhenti beroperasi?

Ada yang menarik disampaikan Pratman, Ketua Panitia sekaligus Ketua Cabang KPCDI Depok ini. “Sudah saatnya lahir SOP bila situasi di daerah terkena bencana seperti di Palu. Kalau mesin Hemodialisa rusak dan tidak beroperasi bagaimana seharusnya menanggani pasien gagal ginjal? Kami mendesak Kementerian Kesehatan, Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) dan BPJS Kesehatan memikirkan hal ini?,” Ujarnya dalam kata sambutannya.

 

LOMBA VOKAL GROUP

Menyanyi bagi pasien cuci darah kan tidak sulit? Eee…… tunggu dulu, kalau bernyanyi sendirian atau solo memang mudah. Secara fisik memang banyak pasien cuci darah yang mampu melakukannya.

Tapi tidak dengan menyanyi secara group. Tidak mungkin latihan sendiri-sendiri di rumah. Apalagi harus ada iringan musik sendiri, tidak boleh mengambil musik dari media lain seperti YouTube atau yang sejenisnya. Mulailah di sini kita akan tahu kerepotannya.

Walau anggota groupnya ada di masing-masing cabang, tetap jarak satu rumah dengan rumah lainnya berjauhan. Jadwal mereka Hemodialisa juga beda-beda hari. Sudah ketemu harinya untuk latihan, rintangan lainnya datang. Beberapa anggota drop, entah tensinya terlalu rendah atau tinggi. Ada juga Hemoglobin (HB)-nya turun, bahkan ada yang terkena serangan jantung.

Begitu gambarannya. Di organisasi, kami ini nggak ada istilah qourum yakni setengah lebih dari pengurus hadir maka rapat sah. Mana mungkin? Hari ini yang drop si A, hari lain si B. Tak pernah kompak semuanya sehat.

Tapi ketika mereka tampil, wajah mereka begitu ceria. Lupa sama penyakitnya. Yang ada adalah hasrat untuk mengekspresikan diri, kalau mereka masih mampu.

KPCDI Cabang Depok saat berlomba vokal group

Tiga group tersebut langsung menyanyikan lagu Mars KPCDI dengan penuh semangat. Syairnya memang mengajak anggota KPCDI penuh semangat dan saling tolong menolong.

Acara seni ini digagas oleh seorang bernama Zainal Arifin. Dia bagian dari Pengurus Cabang Depok. Memang kali ini acara panitianya diserahkan kepada Cabang Depok, yang diketuai oleh Supratman.

Zainal sendiri mantan drummer Krakatau Band, bagi orang yang bermusik tahun 90an, pasti mengenal band ini. Sejak menjadi pasien cuci darah dia banyak mengurangi aktivitas musik di studio rekaman.

Ada yang haru ketika kami rekaman lagu Mars KPCDI ciptaannya di sebuah studio musik. Rupanya, studio itu dulu miliknya. Banyak karya dari tangan dinginnya mengaransemen lagu buat artis terkenal. Waktu itu, studio dijual untuk biaya pengobatan awal-awal cuci darah.

Selepas lomba, banyak peserta maju ke depan panggung. Diiringi biduan dari Cabang Depok mereka larut berjoget. Melupakan tulangnya yang sudah mulai merapuh. bahkan mungkin mereka sudah tidak ingat lagi kalau dirinya adalah pasien Gagal Ginjal.

Inilah saat paling membahagiakan, bertemu dan jumpa teman senasib. Bergembira bersama. Kebahagian kami adalah saat kami melupakan rasa sakit.***

 

*Ciganjur yang begitu panas dan menahan rasa haus

Penulis : Peter Hari (Sekjen KPCDI)

Leave a Reply