Lawu Sang Penakluk Gunung

Oleh: Petrus Hariyanto

Ambri Lawu Trenggono, demikian nama lengkap anak muda berkulit hitam manis itu. Apakah ada kaitannya dengan Gunung Lawu Di Jawa Tengah ketika orang tuanya menyematkan nama Lawu? Aku tidak tahu. Tetapi yang jelas, ketika aku membuka halaman facebooknya, kita akan menyaksikan foto dirinya dan keluarganya menyatu dengan gunung dan alam.

Seperti di bulan Februari kemarin, dia memposting foto bersama anak semata wayangnya yang masih berumur empat tahun nampang dengan latar belakang air terjun. “Ini di Curug Nangka, di kaki Gunung Salak, Bogor,” ucapnya ketika menjawab pertanyaan temannya di facebook.

ea6ffc91-88d7-48ca-8493-21432b3b4b69

Lantas aku membanyangkan bagaimana dia bersama Rinjani Alfatiha Rizki, putrinya yang cantik dan imut itu bisa sampai kesana. Tentunya, tidak ada angkot atau mobil pribadi yang mengantarkan ke sana. Semua itu harus ditempuh dengan jalan kaki. Sama saja dia mendaki sepertiga dari Gunung Salak. Berjalan kaki dengan jalan menanjak dan terjal. Hanya orang yang sehat dan bugar saja yang mampu melakukannya.

Tetapi pemuda yang memperistri perempuan cantik bernama Nilma Yasniar ini adalah seorang penderita gagal ginjal kronik. Kebanyakan pasien gagal ginjal fisiknya lemah. Jangankan naik gunung, berolah raga ringan pun malas dilakukannya. Mudah lelah. Tentu saja karena sering drop, hemoglobin-nya (HB) rendah, sesak nafas karena penumpukkan cairan, atau fungsi jantung dan paru-paru-nya sudah menurun.

13631504_10209548698490384_5405804297452593982_n

“Satu hal yang saya syukuri, selama periode cuci darah kondisi saya terbilang masih cukup baik dan stamina terjaga. Istri saya pun mengakui kalau saya pasien yang patuh dan tidak merepotkan, karena saya cukup mampu membatasi asupan makanan dan minuman, dan rajin minum obat yang diberikan,” ungkapnya ketika aku wawancarai melalui pesan WhatsApp.

Ketika ku tanya kapan mulai cuci darah, Ambri mengatakan kalau dirinya divonis harus cuci darah pada Januari 2013. “Saat itu kami adalah pasangan muda yang memiliki segalanya. Saya tidak merokok, tidak minum alkohol, dan hobi berolah raga. Tidak terbesit dalam pikiranku musibah itu akan menimpa keluarga kami,” ujarnya.

9596ee3b-5af6-4a60-96d9-f74c588b89aa

Anak muda yang piawai bermain gitar ini mengatakan kalau itu takdir Allah. Katanya kalau Allah berhendak maka jadilah, dan kita semua sebagai manusia hanya menjalani dengan sebaik-baiknya. Ia juga penah menjalani dialisis di Rumah Sakit PMI Bogor. Selama menjalani cuci darah baginya sangat menyakitkan. Dia harus menggunakan akses femoral, dengan cara ditusuk di pembuluh darah bagian paha. Pernah sesak nafas karena kelebihan cairan. Berkali-kali masuk UGD karena drop.

Sekitar bulan Mei 2015, Rumah Sakit PMI membuka pelayanan Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD). Pemuda yang pernah menempuh pendidikan di perguruan tinggi, jurusan kimia ini lantas memilih terapi dialisis lainnya yaitu dengan mengunakan metode cuci darah mandiri itu. ”Operasinya sih berjalan lancar. Tetapi tidak dengan proses adaptasinya. Fibrin mampet, bahkan pernah infeksi. Bahkan istri meminta kateternya dicabut tetapi saya mencoba bertahan, dan akhirnya lancar sampai sekarang,” katanya.

Baginya, dengan CAPD akan meningkatkan kualitas hidupnya. Dari pengakuannya, dia bisa makan dan minum lebih leluasa daripada saat cuci darah dengan mesin. Bahkan Ambri sekarang adalah sosok pasien gagal ginjal yang giat berkampanye agar pasien beralih ke CAPD. Dia juga sebagai ketua komunitas pasien CAPD di Bogor.

Takdir hidupnya kini telah mendewasakan dirinya. Ia semakin memahami kalau hidup terlalu berharga jika hanya digunakan untuk menyesali masa lalu dan mencemaskan masa depan. Dengan CAPD semakin membuat Ambri lebih fleksibel mengatur kegiatannya. Walau sebagai pasien GGK dan mempunyai keterbatasan, tetapi dia bersama keluarganya tetap bisa melakukan kegiatan traveling, camping maupun hiking. “Motivasi saya cuma satu, yaitu ingin mendampingi anak kami hingga dewasa dan selalu hadir saat ia membutuhkan,” ujarnya menghakhiri wawancara singkat dengannya.

50761a0a-0cad-4500-91c5-edbb2b95df58

Dan aku semakin penasaran dengan sosok yang sangat inspiratif ini. Kemudian aku melanjutkan membuka laman facebooknya, dan aku larut di dalamnya. Suatu hari, ia bersama istri dan anaknya berkemah di Bumi Perkemahan Mandalawangi Taman Cibodas. Memang benar-benar seorang ayah dan suami yang selalu bisa diandalkan. Atau hari lain ia bisa mendaki Gunung Padang. Gunung yang menyimpan situs megalitikum itu berhasil ditaklukkan oleh seorang pasien gagal ginjal kronik. (Bogor, 04 November 2016)

 

Leave a Reply